BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis
karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kedudukan filsafat sebagai
induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses perumusan yang sangat sulit dan
membutuhkan pemahaman yang mendalam, sebab nilai filsafat itu hanyalah dapat
dimanifestasikan oleh seseorang filsuf yang otentik.
Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan untuk memberikan
suatu bimbingan tentang bagaimana cara kita harus mempertahankan hidup. Manusia
sebagai makhluk pencari kebenaran, dalam eksistensinya terdapat tiga bentuk
kebenaran, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.
Filsafat disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial,
artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan
filsafat menjadi dasar bagi motor penggerak kehidupan, baik sebagai makhluk
individu atau pribadi maupun makhluk kolektif dalam masyarakat.
Oleh karena itu kita perlu mempelajari filsafat hingga keakar-akarnya.
Khususnya pada dasar ilmu pengetahuan, sebab manusia hidup pastilah memiliki
pengalaman yang berbeda-beda, yang kemudian dari pengalaman itu akan muncul
ilmu sebagai kumpulan dari pengalaman atau pengetahuan yang ada agar terbuka
wawasan pemikiran yang filosofis. 1.2 Rumusan Masalah1.
Bagaimanakah pengertian ilmu, pengetahuan serta ilmu pengetahuan
dalam bidang filsafat?
2.
Bagaimanakah struktur dasar ilmu pengetahuan dalam berfilosofis?
3.
Apakah ciri dari berfikir
filosofis terhadap pengetahuan ?
4.
Pokok-pokok apa sajakah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan ?
1.3
Tujuan Masalah 1.
Dapat mengetahui definisi antara ilmu, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
2.
Dapat mengetahui proses munculnya ilmu pengetahuan secara
filosofis berdasarkan struktur ilmu pengetahuan.
3.
Dapat memahami ciri seorang filsuf yang filosofis terhadap
pengetahuan
4.
Mengetahui sumber, hakikat dan tujuan ilmu pengetahuan.
BAB II
DASAR
TEORI
TIGA
DOMAIN KAJIAN FILSAFAT ILMU
1.
ONTOLOGI
Ontology
merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikam kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan
dibidang ontologi.
Dalam
persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dan segala yang ada ini?
Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang Pertama,
kenyataan yang berupa materi (Kebenaran) dan yang kedua, kenyataan yang berupa
rohani (Kejiwaan).Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada. Hakikat adalah realitas, realita dalah ke-real-an, Rill artinya kenyataan
yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu , bukan
kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang
berubah.Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu
berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First
Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda-benda.Kata
ontology berasal dari perkataan Yunani: On = Being, Logos = Logic. Jadi
Ontologi adalah The theory of beung qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).Louis
O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari
ultimate reality dan menceritakan bahwa diantara contoh pemikiran ontologi
adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate
substance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja
yaitu air.Noeng
Muhadir dalam bukunya Filsaar Ilmu mengatakan, Ontologi membahas tentang yang
asa yang universal, menampilkn pemikiran semesta universal.Menurut
Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar
Ilmu dan Perspektif mengatakan, Ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”.Dari
beberapa pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa:1. Menrut
bahasa , ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos =
Ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut
istilah, ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Didalam
pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok peikiran sebagai
berikut:a.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang
asal dari seliuruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainya. Istikah
monoisme oleh Thomas Davidson disbut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi menjadi 2 aliran·
Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi
bukan rohani. Aliran ini juga sering disebut dengan naturalism ,menurutnya
bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satu nya fakta. ·
Idealisme
Aliran idealism yang dinamakan juga dengan spiritualisme.
Idealism berarti serba cinta sedangkan spiritualisme berarti serba ruh.Idealism diambil dari
kata “idea” yaitu sesuatu yanga hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma).
Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada jelmaan ruhani. b.
Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda
dan ruh, jaded dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh juga bukan
muncul dari benda. Tokoh paham ini adalag
Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia
menamakan dua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (Keadaan). Descrates meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula
ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang sebenarnya tidak
mungkin diragukan. Dia meragukan badanya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin
karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan juga pada pengalaman dengan
ruh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Dalam empat keadaan tersebutu
seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Descrates ia menyatakan bahwa ada satu yang tidak dapat diragukan
yaitu, saya sedang ragu. Menurutnya bahwa “saya sedang ragu” berarti memang
benar-benar tidak dapat diragukan adanya. Aku sedang ragu ini disebabkan oleh aku berpokir. Kalau begitu
aku berpikir pasti ada dan benar. Jika
berpikir itu ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cogito Ergo Sum,
aku berpikir jadi aku ada. Paham ini kemudian terkenal dengan rasionalisme,
yaitu paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
dalam memperoleh pengetahuan, dan mengetes pengetahuan.Umumnya manusia tidak
akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism , karena setiap
kenyatan lahir dapat segera dtangkap oleh pancaindra kita, sedangkan kenyataan
batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup. c.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan yang mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.Pluralism dalam
Dictionary of Philosophy and Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan
bahwa kenyataan ala mini tersusun atas banyak unsure, lebih ari satu atau dua
entitas. Tokoh alira ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles
yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur,
yaitu tanah, air, api dan udara. Tokoh modern ini adalah Wiliam James ( 1842-1910 M ), kelahiran
New York dan terkenal sebagai seorang psikologi dan filosof Amerika. Dalam
bukunya The Meaning of Truth , James mengemukakan bahwa , tiada kebenaran yang
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.Sebab penglaman kita
berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman
dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.Oleh karena itu, tada
kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran yaitu apa yang benar
dalam pengalaman-pengalam khusus yang setiap kali dapat diubah oleh
pengalaman-pengalama berikutnya. Dunia bukanlah suatu
Universum melainkan Multiversum . dunia adalah sesuatu yang terdiri dari banyak
hal yang beranea ragam atau pluralis. d.
Nihilisme
Nihilism berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya
Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 dii Rusia. Dalam novel itu
Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima
ide nihilisme. Doktrin tentang nihilism sebenarnya sudah ada sejak zaman
Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3
proposisi tentang realitas.Pertama
tidak ada sesuatu pun yang eksis
Kedua
bila
sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui
Ketiga
, sekalipun
realitas itu dapat diketahui, ia tidak akan dapat diberitahukan keparada orang
lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M),
dilahirkan dari keluarga pendeta.Dalam pandanganya bahwa
“Allah sudah mati”, Allah kristiani dengan segala perintah dan laranganya sudah
tidak merupakan rintangan lagi. Dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas
manusia. Maka, dengan sendirinya manusia modern akan terancam nihilism, yang
menyebabkan nilai-nilai kristiani akan
lenyap. e.
Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupa manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi ataupun rohani.Kata Agnotisisme
berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya not dan Gno
artinya know.Timbulnya aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan yang bersifat transenden. Menurut Martin
Heidegger (1889-1976 M), seorang filosof Jerman, mengatakan satu-satunya yang
ada itu ialah Manusia.Sedangkan pemahaman
lainya oleh, Jean Paul Sartre (1905-1980 M) seorang filosof dan sastrawan
Perancis yang ateis sangat teroengaruh dengan pikiran ateisnya, yang mengatakan
bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan etre (ada)
melainka a etre (akan atau sedang).Karl Jaspers (1833-1969
M) menyangkal adanya sesuatu kenyataan yang transenden. Yang mungkin itu
hanyalah manusia berusaha mengatasi dirinya sendiri dengan mmbawakan dirinya
yang belum sadar kepada kesadara yang sejati. Jadi agnotisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengtahui hakikat benda baik materi maupun rohani.
Alirn ini mirip aliran skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan
kemampuanya mengetahui hakikat. 2.
EPISTOMOLOGI
Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan , pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasar nya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.Pada abad ke-5 SM,
muncul keraguan terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas.
Mereka adalah kaum sophis. Sikap kaum sophis yang skeptis inilah yang mengawali
munculnya epistomologi. Metode empiris yang
telah dibuka oleh Aristoteles mendapat
sambutan yang baik pada zaman Renaisans
dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561–1626). Dua diantara karya-karyanya
adalah The Advancement of Learning (1606) dan Novum Organum (Organum baru).Filsafat Bacon
mempunyai peran penting dalam induksi dan sistematisasi prosedur ilmiah menurut
Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi
kekuasaan kepada manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon melakukan
ushanya dengan menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak
akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai
kekuatan yang dapat membantu manusiameraih kehidupan yang lebih baik.
“Knowledge is power, it is not opinion to be held , but a work to be done, I am
laboring to lay the foundation not of any sectore of doctrine, but of utility
and power”. Sementara menurut Descrates (1596-1650 M), persoalan dasar
dalam filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat
membuat kekeliruan?Prosedur yang
disarankan oleh Descrates untuk mencapai
kepastian adalah keraguan metodis universal, keraguan ini bersifat universal
karena direntang tanpa batas, atau sampai keraguan ini membatasi dirinya.
Artinya usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat
diragukan lagi.Pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah: a.
Metode
Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang
lebih umum. Suatu inferensi bsa disebut induktif bila bertolak dari
pernyataan-pernyataan tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan
penelitian orang sampai padapernyataan-pernyataan universal. David Hume (1711-1716), menurutnya penyataan yang berdasarkan
observasi tunggal betapapun besar jumlahnya secara logis tak dapat menghasilkan
suatu pernyataan umum yang tak terbatas.Dalam induksi, setelah
diperoleh pengethuan maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu
mengajarkan kita bahwa logam dipanasi juga akan mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu bahwa ogam lain
kalau dipanasi juga akan mengembang. Contoh tersebut menunjukan bahwa induksi
tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga dengan pengetahuan
saintek. b.
Metode
Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal
yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Hal
ini bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah. c. Metode Positivisme Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857) metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Ia
menyampingkan segala uraian/persoalan diluar yang ada sebagai fakta. Apa yang diketahui secara positif adalah
segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada gejala-gejalan saja. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam
3 tahap: teologis, metafisis, dan positif pada tahap teologis orang
berkeyakinan bahwa dibalik segala sesuatu tersirat pernyataan kehendak khusus. Pada tahap metafisik, kekuatan adikodrati itu diubah nenjadi
kekuatan yang abstrak yang kemudian dipersatukan dalam pengertian yang bersifat
umum yang disebut dengan asal dari segala gejala. Dan tahap positif disini ialah menemukan hokum-hukum kesamaan
dan urutan ang terdapat pada fakta-fakta denganpengamatan dan penggunaan akal. d.
Metode
Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkn pun akan
berbeda-beda seharusnya dikembangkan suatu kemapuan akal yang disebut dengan
intuisi.Intuisi atau tasawuf
disebut dengan ma’rifah yaitu pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui
pencerahan dan penyinaran.Menurut Al-Ghazali
pengetahuan yangdiperoleh melalui intuisiini adalah pengetahuan yang paling
benar yang bersifat individual. e.
Metode
Dialektis
Dalam filsafat, dialektik mula-mula berarti metode tanya jawab
untuk ntuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates,
namun Plato mengartikanya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap lgika
yang engajarkan kaidah-kaidah dan metode-meode penuturan, juga analisis
sistematik terhadap ide-ide.Dalam teori pengetahuan
ini merupakan bentuk pemikiran yang tersusun dari satu pikiran yang seperti
dalam percakapan. 3.
AKSIOLOGI
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan teori tentang
nilai.Menurut Jujun
S.Suriasumantri arti aksiologi yang terdapat dalam bukunya yang berjudul
Filsafat Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.Sedangkan, menurut
Bramel aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama,
moral conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni
etika. Kedua , esthetic expression,
yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, yaitukehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik. Didalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi
disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation.a. Nilai,
digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti, baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencangkupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian.
b. Nilai
sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita sebuah nilai atau
nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai,
seperti nilainya, nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yanh memiliki
nilai.
c. Nilai
digunakan sebagai kata kerja dalamekspresi menilai, member nilai, dan dinilai.
Menilai umumnya sinonim dari evaluasi.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat
bahwa aksiologi membahas tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam dua bentuk
arti, pertama, etika merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenail penilaia terhadap perbuatan-perbuatan manusia.
Seperti ungkapan “saya pernah belajar etika”. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Seperti ungkapan
“ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu
yang tidak asusila”.Etika menilai perbuatan
manusia, maka objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Nilai itu objektik atau subjektif adalah sangat tergantung dari
hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif apabila
subjek sangat berperan dalam segala hal. Nilai itu objektif, jika ia tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Nilai
objektif hanya menjadi tujuan utamanya seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian, dan ia tidak mau terikat denga nilai-nilai subjektif, seperti
nilai-nilai masyarakat, nilai agama, nilai adat, da sebagainya. Bagi seorang
ilmuwan kegiatan ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah yang sngat penting.Kemudian bagaimana
solusi bagi ilmu yang terkait dengan nilai-nilai? Ilmu pengetahuan harus
terbuka pada konteksnya, dan agamalah yang menjadi konteks itu. Solusi yang
diberikan oleh Alquran terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai
adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya,
sehingga ia menjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan
sebaik-baiknya membawa mudharat.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu,
sedangkan ilmu dapat diartikan sebagai suatu metode berfikir secara obyektif
dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, sehingga ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan
sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan
dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.
Adapun munculnya ilmu pengetahuan secara filosofi, dapat digambarkan dengan
adanyastruktur ilmu pengetahuan itu sendiri,
yaitu:1.
Fakta
(realita dari common sense) dan konsep (rencana dasar).
2.
Generalisasi
(proses dari berfikir untuk mendapatkan pendapat yang global) dan teori
(pedoman dasar).
3.
Proposisi
(rancangan usulan) dan asumsi (praduga atau anggapan sementara).
4.
Definisi/
batasan atau ketentuan pengertian.
5.
Paradigma
(bentuk kasus serta pemecahannya atau pandangan ilmu pengetahuan).
Struktur ilmu pengetahuan diatas, terbentuk
dengan diawali oleh common sense yang kemudian diolah dengan kaidah dan metode
ilmiah serta berlandaskan ontology, epistemology dan axiology, sehingga
menjadikannya sebagai filsafat ilmu pengetahuan.
Sedangkan bagi seorang filsuf hendaknya mempunyai ciri dalam berfilosofis
terhadap ilmu pengetahuan, diantaranya dengan memiliki ciri sebagai berikut:
Radikal, Universal, Konseptual, Koheren,
Sistematik , Komprehensi, Bebas, Bertanggung jawab.
Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses
perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam serta
memiliki bidang kajian yang sangat luas dibanding ilmu yang lain yang semuanya
itu untuk mendalami dan memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara
menyeluruh kita dapat mengetahui dan memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu
tersebut.
Adapun sumber dari pengetahuan berasal dari: pengalaman indera (commen sense),
nalar, otoritas, intuisi dan wahyu. Sedangkan hakikat ilmu pengetahuan adalah
mempelajari bagaimana proses terbentuknya sesuatu (ilmu pengetahuan) dengan
dasar realisme dan idealisme yang bertujuan meneliti sifat-sifat alam dan
kejadian secara sistematis dan metodologis untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan bidang kajiannya sesuai dengan kelompok yang sesuai,
sehingga akan lebih mudah dalam mempelajari dan memahaminya. Daftar PustakaBakhtiar,
Amsal .2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar