Senin, 07 Desember 2015

Laporan diskusi kelompok 3



1.  Bagaimana Ciri – ciri dari gagasan Imanuel Khant tentang Kritisisme ?
Ciri-ciri Kritisisme Immanuel Kant dapat disimpulkan menjadi tiga hal yaitu:
1.     Menganggap objek pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
2.    Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk menetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.    Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsure “a priori” (sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya) yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur “aposteoriori” (setelah di buktikan baru percaya) yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.

2.  Jelaskan Tujuan Fisafat Imanuel khant?
Emmanuel kant melalui filsafatnya ia bermaksud memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana maka, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak dengan rasionalis dan sifat sepihak dengan empirisme.
Selain itu melalui filsafatnya kant juga ingin mengakhiri peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme, dan memimpikan tentang perdamaian yang abadi.

3.  Jelaskan apa saja titik pangkal metode Imanuel Khant !
a.   Keragu-raguan.
Kant memulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Sebab menurut dia metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti, untuk memecahkan problemnya.
b.  Macam pengertian.
Filsuf-filsuf sebelum kant, menempatkan ke-tidak-benaran dalam konsep yang tunggal. Akan tetapi kant meletakkanya dalam pernyataan atau keputusan lengkap. Ia membedakan dua pengertian yaitu :
·         Pengertian analitis.
Pengertian yang selau apriori, yang di tuangkan dalam ilmu pasti.
Sifat apariori :
Predikat sudah termuat dalam konsep subyek.
Tidak dengan sendirinya mengenai kenyataan.
Tidak memberikan pengertian baru.
·         Pengertian sintetis.
Sifat sintetis :
Relasi subyek dan predikat tidak bedasarkan obyek riil.
Memberikan pengertian baru.
  Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu :
  Aposteriori.
Misal : saya merasakan panas.
Sifatnya :
Bukan universal melainkan singular.
Dasar kebenaran ialah pengalaman subyektif.
  Apriori.
Missal : hokum umum seperti air mendidih pada suhu 100oC. bumi berputa pada porosnya.
Sifatnya :
Pengertian umum-universal.
Selalu pasti.
c.   Pertanyaan metodis.
Kant menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuan hidup sehari-hariselain itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama dan moral,sebab mereka memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua sintetis apriori. Maka timbulah petanyaan : dasar obyektifitas pengertian semacam itu apa? Sudah jelas bahwa dasarnya ukan empiris itulah yang akan diteliti oleh Emmanuel kant.

4.  Bagaimana langkah awal Kant dalam merekonstruksi metafisika ?
Langkah awal Kant dalam merekonstruksi metafisika adalah mengungkapkan dua keputusan yakni sintetik dan analitik seperti dimuat dalam Critique of Pure Reason (Kritik Rasio Murni). Keputusan sintetik adalah keputusan dengan predikat tidak ada dalam konsep subyek yang artinya menambahkan sesuatu yang baru pada subyek (Adian, 2000). Keputusan analitik adalah keputusan dengan predikat terkandung dalam subyek. Misalnya proposisi semua tubuh berkeluasan. Predikat berkeluasan sudah terkandung dalam semua tubuh(Adian, 2000).
Menurut Kant,  dalam metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik a priori seperti yang ada di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris.  Kant menamakan metafisika sebagai “ilusi transenden” (a transcendental illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai epistemologis.  
5.  Bagaimana Kritik Imanuel Khant terhadap aliran empirisme?
Kant mengkritik empirisme harus dilandasi dengan teori-teori rasionalisme sebelum di anggap sah melalui epistomologi. Karena Kant menganggap empirisme (pengalaman) itu bersifat relatif bila tanpa ada landasan teorinya. Misalnya air akan mendidih jika dipanaskan berlaku di daerah tropis. Tetapi jika di daerah kutub bersuhu di bawah 0 derajat, air yang dipanaskan tidak akan mendidih karena air akan menjadi dingin.
Kant beranggapan bahwa kaum empiris memberikan tekanan terlalu besar pada pengalaman inderawi. Padahal data inderawi harus dibuktikan atau dicek dengan 12 kategori ‘apriori’ rasio, setelah itu baru bisa dinyatakan sah.
6.  Bagaimana Kritik Imanuel Khant terhadap aliran rasionalisme?
Kant mengkritik kaum rasionalis melangkah terlalu jauh dengan  pernyataan mereka tentang seberapa banyak akal dapat memberikan sumbangan.Baik rasionalisme maupun empirisme, kata Kant, keduanya berat sebelah. Kant beranggapan bahwa rasionalisme dan empirisme sama-sama benar separuh, tetapi juga sama-sama salah separuh. Jadi, baik ‘indera’ maupun ‘akal’ sama-sama memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia (Gaarder, 1999).
7.  Apakah 3 pokok pemikiran immanuel kant? Jelaskan!
Panca indera, akal budi, dan rasio. Kita sudah tau tentang imperisme yang mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan pengetahuan rasio dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi, rasio yang kita ketahui sama dengan akal dan logis. Namun kant memberi definisi berbeda , menurut kant rasio mempunyai arti kata baru bukan lagi langsung kepada pemikiran, tetapi  sebagai sesuatu yang ada dibelakang akal budi dan pengalaman indera. Mdisini dapat dipilah bahwa ada 3 unsur: akal, budi dan rasio.
8.  Apa saja karya-karya immanuel kant?
Karya-karya Immanuel Kant
Immanuel Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni, dan Kant mewujudkan pemikirannya tersebut ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik. Buku-bukunya antara lain berjudul:
a.   Kritik atas Rasio murni (kritik der reimem Vernunft) tahun 1781
Dalam kritik ini Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak, dan memberi pengertian baru. Untuk itu Kant terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan. Pertama, putusan analitis “a priori” di mana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua, putusan sintesis “aposteriori”, misalnya pernyataan"meja itu bagus", di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Ketiga, putusan sintesis “a priori” di sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian "kejadian" belum dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis ketiga inilah syarat dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan baru.
b.  Pada Taraf Indra
Dalam buku ini unsur a priori memainkan peranan bentuk dan unsure aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant unsure a priori itu sudah terdapat pada tarap indra.
Ia berpendapat bahwa dalam pengatahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori, yaitu ruang dan waktu. Jadi ruang tidak merupakan ruang kosong, dimana benda-benda diletakkan; ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”(ruang an sinch). Waktu bukan merupakan suatu arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan.
c.   Pada Taraf Akal Budi
Kant membedakan akal budi (Verstand) dengan rasio (Vernunff). Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data indrawi. Dengan kata lain akal budi mengucapkan putusab-putusan. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah a priori, yang terdapat pada akal budi. Bentuk a priori ini dinamakan Kant dengan istilah “kategori”. (Juana S. Pradja, 2000: 79). Menurut Kant ada duabelas kategori, tetapi yang terpenting dapat disebut disini hanya dua kategori saja, yaitu substansi dan kausalitas (sebab akiabt). Akal budi mempunyai struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa mesti memikirkan data-data indrawi sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau menurut kategori lainnya.
d.  Pada Taraf Rasio
Menurut Juhaya S. Pradja, tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumenasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data indrawi dengan mengadakan putusan-putusan, demikian pula rasio menggabungkan putusan-putusan.
Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin tiga ide, yaitu jiwa, dunia dan Allah. Ide menurut Immanuel Kant ialah cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejala psikis (jiwa), kejadian jasmani (dunia), dan segala galanya yang ada (Allah). Ketiga ide tersebut mengatur argumentasi kita tentang pengalaman., tetapi ketiga ide itu sendiri tidak termasuk pengalaman kita. Karena kategori akal budi hanya berlaku pada pengalaman, dan kategori itu tidak berlaku pada ide-ide, hal tersebutlah yang diusahakan dalam metafisika.Bagian yang terpenting dari buku Kant yaitu Critique on Peru Reason adalah filsafat Kant tentang transcendental aesthethic yang merupakan transcendental philosophy. Transcendental aesthethic membicarakan ruang dan waktu.
e.   Kritik Atas Rasio Praktis
Rasio murni yang dimaksudkan Immanuel Kant adalah rasio yang dapat menjalankan roda pengetahuan. Akan tetapi diasmping rasio murni terdapat rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan “apa yang harus kita lakukan” atau dengan kata lain “rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita”.
Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang disebut sebagai imperatif kategori. Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal tersebut dibuktikan, hanya dituntut, yang disebut Kant ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga itu adalah kebebasa kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya Allah.(Juhaya S. Pradja, 2000:82). Menerima ketiga hal tersebut dinamakan Kant sebagai Gloube alias kepercayaan, dengan demikian Kant berusaha untuk mempengaruhi keyakinannya atas Yesus Kritus dengan penemuan filsafatnya.
f. Kritik atas Daya Pertimbangan
Kritik atas Daya Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari karya itu berjudul “Kritik atas daya penilaian estetis” dan terbagi menjadi dua bagian yang terkait dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis dan dialektika daya penilaian estetis. Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik (beautiful) dan analisa tentang agung (sublime). Kritik ketiga dari Immanuel Kant atas rasio dan empirisme yaitu dalam karyanya critique of jidgement. Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas rasio praktik” ialah munculnya dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak dibidang alam dan lapangan kebebasan dibidang tingkahlaku manusia.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memaduakan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat selalu dijadikan tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi nyata, tetapi “tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Dengan demikian, rasionalisme dan empirisme seharusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian maka kemungkinana akan lahir aliran baru yaitu Rasionalisme empiris.

9.  Kant menghasilkan beberapa karya buku-buku yang cukup fenomenal, apa saja jelaskan?
a.    Kritik atas Rasio Murni (1781)
(Jerm.: “Kritik der Reinen Vernunft”, Ingg.: “Critique of Pure Reason”)
Dalam kritik ini, atara lain Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:
o   Putusan analitis a priori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang).
o   Putusan sintesis a posteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena dinyatakan setelah (post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui.
o   Putusan sintesis a priori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebabnya”. Putusan ini berlaku umum dan mutlak, namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori. Sebab di dalam pengertian “sebab”. Maka di sini baik akal maupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika dan ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat apriori ini.
Pada taraf indra, ia berpendapat bahwa dalam pengetahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori yaitu ruang dan waktu.
Pada taraf akal budi, Kant membedakan akal budi dengan rasio. Tugas akal budi ialah memikirkan suatu hal atau data-data yang ditangkap oleh indrawi. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah apriori, bentuk apriori ini dinamakan Kant sebagai kategori.
Pada taraf rasio, Kant menyatakan bahwa tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide, yaitu Allah, jiwa dan dunia. Apa yang dimaksud ide menurut Kant ialah suatu cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam gejala psikis (jiwa), gejala jasmani (dunia) dan gejala yang ada (Allah) .
Akal murni adalah akal yang bekerja secara logis. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak benarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indra.
Menurut Kant, jiwa kita merupakan organ yang aktif, dimaksudkan sebagai jiwa yang inheren, secara aktif mengkoordinasi sensasi-sensasi yang masuk dengan idea-idea kita. Karena dikoordinasi itulah maka pengalaman yang masuk, yang tadinya kacau, menjadi tersusun teratur.
Apa makna kata sensasi dan persepsi menurut Kant? Sensasi ialah pengindraan, sensasi itu hanyalah suatu keadaan jiwa menanggapi rangsangan (stimulus). Sensasi itu masuk melalui alat indra, melalui indra itu lalu masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Akan tetapi, bagaimana caranya? Ternyata, sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu. Saluran itu adalah hukum-hukum . Karena hukum-hukum itulah maka tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak. Penangkapan itu diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Contohnya, Jam berdetak, Anda tidak mendengarnya, akan tetapi, detak yang sama bahkan lebih rendah, akan didengar bila kita bertujuan ingin mendengarkannya.
Kemudian Jiwa (mind) yang memberi arti terhadap stimulus itu mengadakan seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana, Menurut Kant, Pesan-pesan (dari Stimulus) disusun sesuai dengan ruang (tempat) datangnya sensasi, dan waktu terjadinya itu. Mind itulah yang mengerjakan sesuatu itu, yang menempatkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya dengan ini atau itu. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami, ruang dan waktu itu adalah alat persepsi. Oleh karena itu ruang dan waktu itu apriori.
Kant kemudian memberikan penjelasan lagi, Dunia mempunyai susunan seperti yang kita pahami bukanlah oleh dirinya sendiri, melainkan oleh pikiran kita. Mula-mula berupa klasifikasi sensasi, selanjutnya klasifikasi sains, seterusnya klasifikasi filsafat. Hukum-hukum itulah yang mengerjakan klasifikasi itu.
Selanjutnya Kant membatasi sains, namun kepastian, keabsolutan dasar sains tetap terbatas, Objek yang tampak merupakan fenomenon (penampakan) . Keutuhan objek yang kita tangkap dengan daya struktur mental yang inheren, melalui sensasi, terus ke persepsi lalu ke konsep idea, Contoh, Kita tidak tahu pasti dengan bulan, yang kita tahu hanya idea tentang bulan.
Sains tidak mengetahui noumenon (tidak tampaknya suatu) ia hanya tahu fenomenon saja. Dari sini jelas bahwa Kant mampu memisahkan fenomenon dengan noumenon.
b.    Kritik atas Rasio Praktis (1788)
(Jerm.: “Kritik der Practischen Vernunft”, Ingg.: “Critique of Practical Reason”)
Maxime (aturan pokok) adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang perseorangan (individu), sedangkan imperative (perintah) merupakan azas kesadaran obyektif yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan. Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat berlaku dengan bersyarat (hypothetical) atau dapat juga tanpa syarat (categorical). Imperatif kategorik tidak mempunyai isi tertentu apapun, ia merupakan kelayakan formal (solen). Menurut Kant, perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber pada kewajiban dengan penuh keinsyafan. Keinsyafan terhadap kewajiban merupakan sikap hormat (achtung). Sikap inilah penggerak sesungguhnya perbuatan manusia.
Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan bahwa kenyataan adanya kesadaran susila mengandung adanya praanggapan dasar. Praanggapan dasar ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu kebebasan kehendak, immortalitas jiwa, dan adanya Tuhan.
Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.
Kehidupan memerlukan kebenaran, sedangkan kebenaran tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal, karena indera dan akal itu terbatas kemampuannya. Menurut Kant, dasar apriori itu ada pada sains, akan tetapi, indra (sains) itu terbatas, disinilah Critique of The Practical Reason berbicara, Kant bertanya “Bila akal dan indra tidak dapat diandalkan dalam mempelajari agama, apa selanjutnya?”. Jawabannya adalah akal atau indra dapat terus berkembang dan dikembangkan, namun setelah semua itu, moral merupakan ukuran kebenaran.
Apa moral itu? Moral adalah suara hati, Perasaan, menentukan sesuatu itu benar atau salah. Moral itu Imperatif Kategori, Perintah tanpa syarat yang ada dalam kesadaran kita. Kata hati itu memerintah, perintah itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan keinginan tetapi dalam batas kewajaran. Hukum kewajaran bersifat universal. Menurut Kant, apa yang dianggap sebagai sikap moral sering kali merupakan sikap yang secara moral justru harus dinilai negatif. Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena tertekan, takut berdosa, dan sebagainya. Dalam tuntutan agama, Moralitas heteronom berarti bahwa orang menaati peraturan tetapi tanpa melihat nilai dan maknanya. Heteronomi moral ini merendahkan pandangan terhadap seseorang, dan merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenar-benarnya.
Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonomi moral, otonomi moral berarti bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sadar diri, bukan karena terbebani, terkekang, tuntutan, dsb. Otonomi juga menuntut kerendahan hati untuk menerima bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai dengan aturan-aturan masyarakat yang berdasarkan hukum. Hukum adalah tatanan normatif lahiriah masyarakat.
c.    Kritik atas Daya Pertimbangan (1790)
(Jerm.: “Kritik der Arteilskraft”, Ingg.: “Critique of Judgement”)
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Buku ini tentang persesuaian antara keperluan bidang duniawi (alam) dengan tingkah laku manusia,. Dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Menjelaskan ulang secara lengkap tentang buku pertama dan kedua Finalitas dapat bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda.

10.        Sebutkan objek kajian formal filsafat menurut Kant!
Kant mengemukakan bahwa objek kajian formal filsafat yaitu:
·  Kenyataan manusia yang hidup ( filsafat manusia)
·  Yang hidup di dunianya ( filsafat alam, kosmologi)
·  Mengembara menuju akhirat ( filsafat ketuhanan)
·  Susunan dasar terdalam dari segala yang ada ( metafisika atau ontologi)
·  Disadari atau diketahui ( filsafat pengetahuan)
·  Keterarahan atau penujuan ( etika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar