1. Bagaimana
Ciri – ciri dari gagasan Imanuel Khant tentang Kritisisme ?
Ciri-ciri
Kritisisme Immanuel Kant dapat disimpulkan menjadi tiga hal yaitu:
1. Menganggap
objek pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
2. Menegaskan
keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk menetahui realitas atau hakikat
sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan
bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara
peranan unsure “a priori” (sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya) yang
berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
“aposteoriori” (setelah di buktikan baru percaya) yang berasal dari pengalaman
yang berupa materi.
2. Jelaskan
Tujuan Fisafat Imanuel khant?
Emmanuel kant melalui filsafatnya ia bermaksud memugar sifat
objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana maka, orang
harus menghindarkan diri dari sifat sepihak dengan rasionalis dan sifat sepihak
dengan empirisme.
Selain itu melalui filsafatnya kant juga ingin mengakhiri
peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme, dan
memimpikan tentang perdamaian yang abadi.
3. Jelaskan
apa saja titik pangkal metode Imanuel Khant !
a.
Keragu-raguan.
Kant
memulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Sebab
menurut dia metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti, untuk
memecahkan problemnya.
b. Macam pengertian.
Filsuf-filsuf
sebelum kant, menempatkan ke-tidak-benaran dalam konsep yang tunggal. Akan
tetapi kant meletakkanya dalam pernyataan atau keputusan lengkap. Ia membedakan
dua pengertian yaitu :
·
Pengertian
analitis.
Pengertian
yang selau apriori, yang di tuangkan dalam ilmu pasti.
Sifat
apariori :
Predikat
sudah termuat dalam konsep subyek.
Tidak
dengan sendirinya mengenai kenyataan.
Tidak
memberikan pengertian baru.
·
Pengertian
sintetis.
Sifat
sintetis :
Relasi
subyek dan predikat tidak bedasarkan obyek riil.
Memberikan
pengertian baru.
Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu
:
Aposteriori.
Misal
: saya merasakan panas.
Sifatnya
:
Bukan
universal melainkan singular.
Dasar
kebenaran ialah pengalaman subyektif.
Apriori.
Missal
: hokum umum seperti air mendidih pada suhu 100oC. bumi berputa pada
porosnya.
Sifatnya
:
Pengertian
umum-universal.
Selalu
pasti.
c.
Pertanyaan
metodis.
Kant
menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan
kemajuan hidup sehari-hariselain itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama
dan moral,sebab mereka memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua
sintetis apriori. Maka timbulah petanyaan : dasar obyektifitas pengertian
semacam itu apa? Sudah jelas bahwa dasarnya ukan empiris itulah yang akan
diteliti oleh Emmanuel kant.
4. Bagaimana
langkah awal Kant dalam merekonstruksi metafisika
?
Langkah awal Kant dalam merekonstruksi
metafisika adalah mengungkapkan dua keputusan yakni sintetik dan analitik
seperti dimuat dalam Critique of Pure Reason (Kritik
Rasio Murni). Keputusan sintetik adalah keputusan dengan predikat tidak ada
dalam konsep subyek yang artinya menambahkan sesuatu yang baru pada subyek
(Adian, 2000). Keputusan analitik adalah keputusan dengan predikat terkandung
dalam subyek. Misalnya proposisi semua tubuh berkeluasan. Predikat berkeluasan
sudah terkandung dalam semua tubuh(Adian, 2000).
Menurut
Kant, dalam metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik a priori seperti yang ada di
dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris.
Kant menamakan metafisika sebagai “ilusi transenden” (a transcendental
illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai
epistemologis.
5. Bagaimana
Kritik Imanuel Khant terhadap aliran empirisme?
Kant
mengkritik empirisme harus dilandasi dengan teori-teori rasionalisme sebelum di
anggap sah melalui epistomologi. Karena Kant menganggap empirisme (pengalaman)
itu bersifat relatif bila tanpa ada landasan teorinya. Misalnya air akan
mendidih jika dipanaskan berlaku di daerah tropis. Tetapi jika di daerah kutub
bersuhu di bawah 0 derajat, air yang dipanaskan tidak akan mendidih karena air
akan menjadi dingin.
Kant
beranggapan bahwa kaum empiris memberikan tekanan terlalu besar pada pengalaman
inderawi. Padahal data inderawi harus dibuktikan atau dicek dengan 12 kategori
‘apriori’ rasio, setelah itu baru bisa dinyatakan sah.
6. Bagaimana
Kritik Imanuel Khant terhadap aliran rasionalisme?
Kant mengkritik kaum
rasionalis melangkah terlalu jauh dengan pernyataan mereka tentang
seberapa banyak akal dapat memberikan sumbangan.Baik
rasionalisme maupun empirisme, kata Kant, keduanya berat sebelah. Kant
beranggapan bahwa rasionalisme dan empirisme sama-sama benar separuh, tetapi
juga sama-sama salah separuh. Jadi, baik ‘indera’ maupun ‘akal’ sama-sama
memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia (Gaarder, 1999).
7.
Apakah 3 pokok
pemikiran immanuel kant? Jelaskan!
Panca
indera, akal budi, dan rasio. Kita sudah tau tentang imperisme yang
mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme
yang mengedepankan pengetahuan rasio dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi,
rasio yang kita ketahui sama dengan akal dan logis. Namun kant memberi definisi
berbeda , menurut kant rasio mempunyai arti kata baru bukan lagi langsung
kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu
yang ada dibelakang akal budi dan pengalaman indera. Mdisini dapat dipilah
bahwa ada 3 unsur: akal, budi dan rasio.
8.
Apa saja karya-karya
immanuel kant?
Karya-karya Immanuel Kant
Immanuel Kant bermaksud
mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni, dan Kant mewujudkan pemikirannya
tersebut ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik.
Buku-bukunya antara lain berjudul:
a. Kritik atas Rasio murni
(kritik der reimem Vernunft) tahun 1781
Dalam kritik ini Kant
menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak, dan memberi
pengertian baru. Untuk itu Kant terlebih dulu membedakan adanya tiga macam
putusan. Pertama, putusan analitis “a priori” di mana predikat tidak menambah
sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya,
setiap benda menempati ruang). Kedua, putusan sintesis “aposteriori”, misalnya
pernyataan"meja itu bagus", di sini predikat dihubungkan dengan
subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Ketiga, putusan sintesis “a priori” di
sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis,
namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala
kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a
priori), namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di
dalam pengertian "kejadian" belum dengan sendirinya tersirat
pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman indrawi
dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun
atas putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis
ketiga inilah syarat dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi,
yakni bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan baru.
b. Pada Taraf Indra
Dalam buku ini unsur a
priori memainkan peranan bentuk dan unsure aposteriori memainkan
peranan materi. Menurut Kant unsure a priori itu sudah terdapat pada
tarap indra.
Ia berpendapat bahwa dalam
pengatahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori, yaitu ruang dan
waktu. Jadi ruang tidak merupakan ruang kosong, dimana benda-benda diletakkan;
ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”(ruang an sinch). Waktu bukan
merupakan suatu arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan.
c. Pada Taraf Akal Budi
Kant membedakan akal budi
(Verstand) dengan rasio (Vernunff). Tugas akal budi ialah menciptakan orde
antara data-data indrawi. Dengan kata lain akal budi mengucapkan
putusab-putusan. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk
dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah a priori,
yang terdapat pada akal budi. Bentuk a priori ini dinamakan Kant dengan
istilah “kategori”. (Juana S. Pradja, 2000: 79). Menurut Kant ada duabelas
kategori, tetapi yang terpenting dapat disebut disini hanya dua kategori saja,
yaitu substansi dan kausalitas (sebab akiabt). Akal budi
mempunyai struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa mesti memikirkan
data-data indrawi sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau
menurut kategori lainnya.
d. Pada Taraf Rasio
Menurut Juhaya S. Pradja,
tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata
lain, rasio mengadakan argumenasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan
data-data indrawi dengan mengadakan putusan-putusan, demikian pula rasio
menggabungkan putusan-putusan.
Kant memperlihatkan bahwa
rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin tiga ide, yaitu jiwa, dunia dan
Allah. Ide menurut Immanuel Kant ialah cita-cita yang menjamin kesatuan
terakhir dalam bidang gejala psikis (jiwa), kejadian jasmani (dunia), dan
segala galanya yang ada (Allah). Ketiga ide tersebut mengatur argumentasi kita
tentang pengalaman., tetapi ketiga ide itu sendiri tidak termasuk pengalaman
kita. Karena kategori akal budi hanya berlaku pada pengalaman, dan kategori itu
tidak berlaku pada ide-ide, hal tersebutlah yang diusahakan dalam
metafisika.Bagian yang terpenting dari buku Kant yaitu Critique on Peru
Reason adalah filsafat Kant tentang transcendental aesthethic yang
merupakan transcendental philosophy. Transcendental aesthethic
membicarakan ruang dan waktu.
e. Kritik Atas Rasio Praktis
Rasio murni yang
dimaksudkan Immanuel Kant adalah rasio yang dapat menjalankan roda pengetahuan.
Akan tetapi diasmping rasio murni terdapat rasio praktis, yaitu rasio
yang mengatakan “apa yang harus kita lakukan” atau dengan kata lain “rasio yang
memberikan perintah kepada kehendak kita”.
Kant memperlihatkan bahwa
rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang disebut sebagai imperatif
kategori. Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari
sebaik-baiknya bahwa ketiga hal tersebut dibuktikan, hanya dituntut, yang
disebut Kant ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga itu adalah kebebasa
kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya Allah.(Juhaya S. Pradja, 2000:82).
Menerima ketiga hal tersebut dinamakan Kant sebagai Gloube alias
kepercayaan, dengan demikian Kant berusaha untuk mempengaruhi keyakinannya atas
Yesus Kritus dengan penemuan filsafatnya.
f. Kritik atas Daya
Pertimbangan
Kritik atas Daya
Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan delapan pokok
persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua karya
kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari
karya itu berjudul “Kritik atas daya penilaian estetis” dan terbagi menjadi dua
bagian yang terkait dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian
estetis dan dialektika daya penilaian estetis. Analisa putusan estetis dibagi
lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik (beautiful) dan analisa
tentang agung (sublime). Kritik ketiga dari Immanuel Kant atas rasio dan
empirisme yaitu dalam karyanya critique of jidgement. Sebagai
konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas rasio praktik” ialah
munculnya dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak dibidang alam
dan lapangan kebebasan dibidang tingkahlaku manusia.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memaduakan
dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran
substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak
mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula
pengalaman, tidak dapat selalu dijadikan tolak ukur, karena tidak semua
pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi nyata, tetapi
“tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Dengan demikian, rasionalisme dan empirisme seharusnya
bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus
rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian maka
kemungkinana akan lahir aliran baru yaitu Rasionalisme empiris.
9.
Kant menghasilkan beberapa karya
buku-buku yang cukup fenomenal, apa saja jelaskan?
a. Kritik atas
Rasio Murni (1781)
(Jerm.: “Kritik der Reinen Vernunft”, Ingg.: “Critique
of Pure Reason”)
Dalam kritik ini, atara lain Kant menjelaskan bahwa
ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru.
Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:
o Putusan
analitis a priori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru
pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap
benda menempati ruang).
o Putusan
sintesis a posteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini
predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena
dinyatakan setelah (post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka
ragam meja yang pernah diketahui.
o Putusan
sintesis a priori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan
yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga.
Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebabnya”. Putusan
ini berlaku umum dan mutlak, namun putusan ini juga bersifat sintetis
dan aposteriori. Sebab di dalam pengertian “sebab”. Maka di sini baik
akal maupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika dan
ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat apriori ini.
Pada taraf indra, ia berpendapat bahwa dalam
pengetahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori yaitu ruang dan
waktu.
Pada taraf akal budi, Kant membedakan akal budi dengan
rasio. Tugas akal budi ialah memikirkan
suatu hal atau data-data yang ditangkap oleh indrawi. Pengenalan akal budi juga
merupakan sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi
dan bentuk adalah apriori, bentuk apriori ini dinamakan Kant sebagai kategori.
Pada taraf rasio, Kant menyatakan bahwa tugas rasio
adalah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio
mengadakan argumentasi-argumentasi. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk
argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide, yaitu Allah, jiwa dan dunia. Apa
yang dimaksud ide menurut Kant ialah suatu cita-cita yang menjamin kesatuan
terakhir dalam gejala psikis (jiwa), gejala jasmani (dunia) dan gejala yang ada
(Allah) .
Akal murni adalah akal yang bekerja secara logis.
Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak benarnya memang tidak akan ada bila
seluruh pengetahuan datang melalui indra.
Menurut Kant, jiwa kita merupakan organ yang aktif,
dimaksudkan sebagai jiwa yang inheren, secara aktif mengkoordinasi
sensasi-sensasi yang masuk dengan idea-idea kita. Karena dikoordinasi itulah
maka pengalaman yang masuk, yang tadinya kacau, menjadi tersusun teratur.
Apa makna kata sensasi dan persepsi menurut Kant?
Sensasi ialah pengindraan, sensasi itu hanyalah suatu keadaan jiwa menanggapi
rangsangan (stimulus). Sensasi itu masuk melalui alat indra, melalui indra itu
lalu masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Akan
tetapi, bagaimana caranya? Ternyata, sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui
saluran-saluran tertentu. Saluran itu adalah hukum-hukum . Karena hukum-hukum
itulah maka tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak.
Penangkapan itu diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Contohnya, Jam berdetak,
Anda tidak mendengarnya, akan tetapi, detak yang sama bahkan lebih rendah, akan
didengar bila kita bertujuan ingin mendengarkannya.
Kemudian Jiwa (mind) yang memberi arti terhadap
stimulus itu mengadakan seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana,
Menurut Kant, Pesan-pesan (dari Stimulus) disusun sesuai dengan ruang (tempat)
datangnya sensasi, dan waktu terjadinya itu. Mind itulah yang mengerjakan
sesuatu itu, yang menempatkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya
dengan ini atau itu. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami, ruang dan
waktu itu adalah alat persepsi. Oleh karena itu ruang dan waktu itu apriori.
Kant kemudian memberikan penjelasan lagi, Dunia
mempunyai susunan seperti yang kita pahami bukanlah oleh dirinya sendiri,
melainkan oleh pikiran kita. Mula-mula berupa klasifikasi sensasi, selanjutnya
klasifikasi sains, seterusnya klasifikasi filsafat. Hukum-hukum itulah yang
mengerjakan klasifikasi itu.
Selanjutnya Kant membatasi sains, namun kepastian,
keabsolutan dasar sains tetap terbatas, Objek yang tampak merupakan fenomenon
(penampakan) . Keutuhan objek yang kita tangkap dengan daya struktur mental
yang inheren, melalui sensasi, terus ke persepsi lalu ke konsep idea, Contoh,
Kita tidak tahu pasti dengan bulan, yang kita tahu hanya idea tentang bulan.
Sains tidak mengetahui noumenon (tidak
tampaknya suatu) ia hanya tahu fenomenon saja. Dari sini jelas bahwa Kant mampu
memisahkan fenomenon dengan noumenon.
b. Kritik atas
Rasio Praktis (1788)
(Jerm.: “Kritik
der Practischen Vernunft”, Ingg.: “Critique of Practical Reason”)
Maxime (aturan
pokok) adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang perseorangan (individu),
sedangkan imperative (perintah) merupakan azas kesadaran obyektif
yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan. Imperatif berlaku umum dan
niscaya, meskipun ia dapat berlaku dengan bersyarat (hypothetical)
atau dapat juga tanpa syarat (categorical). Imperatif
kategorik tidak mempunyai isi tertentu apapun, ia merupakan kelayakan formal (solen). Menurut
Kant, perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber pada kewajiban dengan
penuh keinsyafan. Keinsyafan terhadap kewajiban merupakan sikap hormat (achtung).
Sikap inilah penggerak sesungguhnya perbuatan manusia.
Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan bahwa kenyataan
adanya kesadaran susila mengandung adanya praanggapan dasar. Praanggapan dasar
ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu kebebasan kehendak,
immortalitas jiwa, dan adanya Tuhan.
Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai
pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan.
Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada rasio murni,
dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.
Kehidupan memerlukan kebenaran, sedangkan kebenaran
tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal, karena indera dan akal
itu terbatas kemampuannya. Menurut Kant, dasar apriori itu ada pada sains, akan
tetapi, indra (sains) itu terbatas, disinilah Critique of The Practical
Reason berbicara, Kant bertanya “Bila akal dan indra tidak dapat diandalkan
dalam mempelajari agama, apa selanjutnya?”. Jawabannya adalah akal atau indra
dapat terus berkembang dan dikembangkan, namun setelah semua itu, moral
merupakan ukuran kebenaran.
Apa moral itu? Moral adalah suara hati, Perasaan,
menentukan sesuatu itu benar atau salah. Moral itu Imperatif Kategori, Perintah
tanpa syarat yang ada dalam kesadaran kita. Kata hati itu memerintah, perintah
itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan keinginan tetapi dalam batas
kewajaran. Hukum kewajaran bersifat universal. Menurut Kant, apa yang dianggap
sebagai sikap moral sering kali merupakan sikap yang secara moral justru harus
dinilai negatif. Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya
bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena
tertekan, takut berdosa, dan sebagainya. Dalam tuntutan agama, Moralitas
heteronom berarti bahwa orang menaati peraturan tetapi tanpa melihat nilai dan
maknanya. Heteronomi moral ini merendahkan pandangan terhadap seseorang, dan
merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenar-benarnya.
Sikap moral
yang sebenarnya adalah sikap otonomi moral, otonomi moral berarti bahwa manusia
menaati kewajibannya karena ia sadar diri, bukan karena terbebani, terkekang,
tuntutan, dsb. Otonomi juga menuntut kerendahan hati untuk menerima bahwa kita
menjadi bagian dari masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai dengan
aturan-aturan masyarakat yang berdasarkan hukum. Hukum adalah tatanan normatif lahiriah
masyarakat.
c. Kritik atas
Daya Pertimbangan (1790)
(Jerm.: “Kritik
der Arteilskraft”, Ingg.: “Critique of Judgement”)
Kritik atas
daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua
kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat
subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang
terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat
objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Buku ini tentang persesuaian antara keperluan bidang
duniawi (alam) dengan tingkah laku manusia,. Dengan menggunakan konsep
finalitas (tujuan). Menjelaskan ulang secara lengkap tentang buku pertama dan
kedua Finalitas dapat bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat
subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Dengan
finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari
benda-benda.
10.
Sebutkan objek kajian formal
filsafat menurut Kant!
Kant mengemukakan bahwa objek kajian formal
filsafat yaitu:
· Kenyataan manusia yang hidup ( filsafat manusia)
· Yang hidup di dunianya ( filsafat alam, kosmologi)
· Mengembara menuju akhirat ( filsafat ketuhanan)
· Susunan dasar terdalam dari segala yang ada ( metafisika atau ontologi)
· Disadari atau diketahui ( filsafat pengetahuan)
· Keterarahan atau penujuan ( etika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar