METODE
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Untuk
mengetahui suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dari manusia tersebut maka dilakukan pendekatan-pendekatan
dan metode-metode tertentu, dimana untuk memberikan pengertian bagaimana
peneliti (psikolog) perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan lebih
banyak pengertian akan gejala perkembangan dan bagaimana cara untuk mengatasi
hambatan dalam proses perkembangan.
1.
Pendekatan
Longitudinal Vs Transversal
Yang disebut metode longitudinal
adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama , misalnya mengikuti
perkembangan seseorang dari lahir sampai mati , atau mengikuti perkembangan
seseorang dalam sebagian waktu hidup , yaitu misalnya selama masa kanak –kanak
atau selama masa remaja. Dengan metode ini biasanya diteliti beberapa aspek
tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun.
Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Penelitian
dengan menggunakan metode longitudinal memiliki cakupan pengertian serta
karakter sebagai berikut(Ruspini, 2000; Taylor et.al,2000):
a.
Data dikumpulkan untuk setiap variable pada dua
atau lebih periode waktu tertentu.
b.
Subyek atau kasus yang dianalisis sama atau
setidaknya dapat diperbandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya.
c.
Analisis melibatkan perbandingan data yang sama
dalam satu periode antar berbagai metode yang berbeda.
·
Keuntungan
metode longitudinal adalah : Bahwa suatu proses perkembangan dapat diikuti
dengan teliti.
·
Kerugian
metode longitudinal ialah : Bahwa penyelidik sangat tergantung pada orang
yang diselidiki tersebut dalam jangka waktu yang cukup. Hal ini
sering menimbulkan kesulitan , misalnya bila orang yang diselidiki tadi tiba-
tiba pindah tempat atau meninggal.
Metode
transversal atau metode kros-seksional diselidiki orang-orang atau kelompok
orang dari tingkatan usia yang berbeda – beda, karena dengan metode ini dapat
diperbandingkan , misalnya : meneliti orang dari status
masyarakat yang berbeda- beda.
Keunggulan
dari pendekatan cross-sectional atau transversal adalah para peneliti tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk melihat perbedaan perkembangan subjek
tersebut. Kelemahan dari pendektan cross-sectional atau transversal adalah
pendekatan ini tidak memberikan informasi yang secara akurat bagaimana subjek
itu berubah baik secara fisik maupun karakteristiknya.
Metode
lain yang disebut time-lag membandingkan orang- orang dari
usia yang sama tetapi dari kohort yang berbeda- beda ( kohort =
kelompok orang yang lahir dalam tahun yang sama). Wheeler ( 1942 ) menemukan
bahwa anak- anak dari usia dan daerah yang sama lebih tinggi skor tingkah laku
kecerdasannya pada tahun 1940 daripada pada tahun 1930.
Dapat
diadakan kombinasi metode longitudinal dan kros-seksional dengan meneliti
beberapa kelompok selama beberapa tahun. Misalnya selama tiga tahun, tetapi
diusahakan sedemikian rupa sehingga usia kelompok satu dengan yang lainnya
saling menutupi. Misalnya kelompok yang satu terdiri dari anak umur 12, 13, dan
14 tahun, kelompok yang lain umur 14, 15, dan 16 tahun. Sifat longitudinalnya
ada dalam mengikuti kelompok yang tadi selama tiga tahun berturut- turut,
sedangkan kros-seksionalnya dapat dilakukan dengan membandingkan usia 14 tahun
yang saling menutupi tadi mengenai beberapa tingkahlaku tertentu.
Di
Nijmegen , Nederland pernah diadakan penelitian mengenai perkembangan anak
dengan memakai metode kombinasi itu.( lihat Wels van den Munckhof , 1974; Prahl
– Andersen B . dkk. 1979 ).
2.
Pendekatan Sequential
Metode
penelitian perkembangan hidup dengan cara mengombinasikan antara rancangan
lintas seksional dengan longitudinal. Biasanya dimulai dengan studi lintas
seksional yang mencakup individu-individu dari usia yang berbeda.
Berbulan-bulan, bertahun-tahun, individu yang sama diuji kembali yang merupakan
aspek longidutinal. Dan pada tahapan penelitian selanjutnya, sekelompok objek
baru diukur pada masing-masing usia. Kelebihan metode ini adalah dapat
memberikan informasi yang jelas, akurat, dan memberikan penjelasan yang tidak
mungkin didapat dari pendekatan lintas seksional maupun longitudinal. Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lama, mahal, dan kompleks.
3.
Pendekatan Lintas Budaya
Pendekatan
lintas budaya adalah pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangakan
faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat mempengaruhi perkembangan
manusia. Pendekatan ini dilakukan terhadap beberapa kelompok yang berbeda latar
belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan maupun tes pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan pengumpulan data lainnya untuk dianalisa persamaan dan
perbedaannya.
Benedict
(1934 ) , Kardiner ( 1945 ) dan Mead ( 1958 ) dapat menunjukkan bahwa
penghayatan kemasakan seksual dalam masa remaja sangat dipengaruhi oleh
perlakuan dan norma yang ada dalam suatu kebudayaan tertentu. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya berbagai penelitian untuk membandingkan orang- orang dari
usia yang sama tetapi hidup dalam alam budaya yang berbeda- beda. Dengan
demikian dapat diperoleh pengertian yang lebih baik mengenai berbagai macam
aspek dalam perkembangan kepribadian seseorang.
Misalnya
Piaget (1937) beranggapan bahwa perkembangan intelegensi dimulai dengan suatu
“ stadium egosentris “. Dalam stadium tersebut anak belum
dapat membedakan antara dirinya dengan dunia luar. Perkembangan intelegensi
dapat menyebabkan datangnya pengertian akan perbedaan itu. Bruner ( 1972) dapat
menunjukkan bahwa anak Senegal tidak mengalami perkembangan semacam itu. Begitu
pula Reich mengemukakan bahwa pada orang Eskimo sama sekali tidak ada pembedaan
antara individu dan dunia luar. Bila penemuan Bruner dan Reich itu benar, maka
ada kemungkinan perkembangan cara berpikir yang egosentris ke
cara berpikir yang obyektif lebih menonjol atau lebih cepat terjadi pada anak di
Barat.
Pendekatan
lintas budaya ( kros- kultural ) ini memberikan pengertian
yang lebih mendalam akan proses perkembangan seseorang . Di Barat banyak
diadakan penelitian banding antara anak- anak yang berasal dari suku bangsa
yang berbeda- beda tetapi hidup dalam masyarakat yang sama, misalnya
membandingkan anak kulit putih dengan anak negro di Amerika. Perbedaan alam
budaya atau perbedaan kultural semacam itu kadang- kadang dimengerti sebagai
perbedaan sub- kultural, yaitu perbedaan yang terdapat dalam kelompokyang
berbeda –beda yang hidup dalam masyarakat yang sama.
Di
Amerika, orang negro tergolong kelas sosial ekonomi yang rendah,
ciri perkembangan orang yang tidak berpendidikan dan ciri anak yang hidup
dibagian kota yang miskin ( slums).Namun penemuan ini masih terbuka
untuk dikaji lebih lanjut.
Jensen
( 1969 ) dapat menunjukkan bahwa orang negro memperoleh skor beberapa angka
lebih rendah daripada orang kulit putih dalam beberapa tes intelegensi. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa orang negro lebih kurang cerdas daripada orang kulit
putih.
Penelitian
tersebut dilakukan terhadap kelompok orang negro dan kelompok orang kulit putih
yang kurang lebih sama latar belakang pendidikan dan sosial ekonominya.
4.
Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan ini
mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan
kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis.
Pendekatan
neuro-biologis beranggapan bahwa inetligensi memiliki dasar anatomis dan
biologis. Perilaku inteligen, menurut pendekatan ini dapat ditelusuri
dasar-dasar neuro anatomis dan proses neurofisiologisnya.
Tingkah laku
manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Maka
Perilaku seseorang sangat tergantung pada kondisi otak dan sistem syarafnya,
bila otak dan syaraf terganggu maka perilakunya juga akan terganggu.
Pendekatan
neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik
dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang
mendasari perilaku dan proses mental.
Penemuan-penemuan
penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi,
seperti rasa takut dan marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan
aliran listrik lemah di daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak.
Dari berbagai
penelitian dikatakan, tindakan manusia yang paling rumit pun pada akhirnya
mempunyai kemungkinan untuk di perinci dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
Menurut Sukadji
1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan neurobiologi
kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi.
5.
Pendekatan Psikoanalisis
Jika kita ingin
menganalisis manusia berdasarkan dengan perkembangan kepribadiannya atau proses
sosialisasi serta mengidentifikasi perilaku agresi, kita tepat menggunakan
pendekatan ini, yaitu pendekatan psikoanalisis. Sigmund Freud adalah orang
pertama yang memperkenalkan pendekatan psikoanalisis. sesungguhnya
psikoanalisis adalah teknik psycho-therapeutic. Berdasarkan pengalaman terapi
terhadap penderita gangguan jiwa yang disebut neurotic maka Freud menerbitkan
buku The Interpretation of Dreams.
Apa yang mendasari
timbulnya teori psikoanalisis ini??. yang menjadi anggapan dasar Freud adalah
bahwa perilaku manusia ditentukan oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak
disadari. Proses ketidak sadaran ini menurut Freud adalah proses terpengaruhnya
perilaku oleh pikiran, ketakutan atau keinginan-keinginan yang tidak didasari
oleh orangnya.
Hal terpenting dari
pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun,
penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan
rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya. Dalam pandangan
psikoanalis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara id, ego, dan
superego.
Id dimaksudkan
sebagai hawa nafsu yang memuat dorongan-dorongan biologis manusia. Contohnya,
id-lah yang mendorong kita untuk makan,minum, berhubungan seksual, dan
dorongan-dorongan biologis lain yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Id
bergerak dengan kesenangan dan dengan id kita tidak peduli dengan orang lain,
lingkungan sekitar ataupun pada seluruh bentuk kenyataan hidup.
Id bersifat egois.
Dalam id terdapat dua insting yang dominan, yaitu libido atau eros, dan
thanatos. Libido adalah insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk
melakukan kegiatan agar tetap hidup. Sedangkan thanatos adalah insting yang
merusak pada kematian
Ego bergerak
berdasarkan perinsip realitas adalah struktur kepribadian yang membawa kita
untuk menjejak pada kenyataan sosial. Oleh sebab itu ego pulalah yang membuat
keinginan-keinginan kita terpenuhi. Sebaliknya Id hanya menghasilkan sejumlah
keinginan, tetapi bukan memenuhinya. Contoh ego : jika anda seorang karyawan,
anda tidak bisa begitu saja (walaupun ingin sekali!) memaki atau menegur atasan
anda karena perlakuan atasan anda yang tidak adil dan seenaknya.
Pada saat seperti
itu , anda harus melihat realitas. Dalam kedudukan atasan dan bawahan itu
memang posisi anda lebih lemah, power ada pada atasan anda. Bahkan, dalam
banyak kejadian, ketika anda ingin memperjuangkan hak anda, teman-teman anda
sesama karyawan menasihati anda untuk tidak usah berbuat macam-macam. Mereka
berkata "sudahlah, jangan diteruskan, nanti kamu rugi akan
berlipat-lipat".
Superego dipandang
sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang berupaya mewujudkan
keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural
masyarakat kita.
Id melahirkan
keinginan kita untuk memiliki rumah mewah, mobil mutakhir, pasangan cantik
jelita dan ganteng, dan atribut-atribut kemewahan lainnya. Oleh karena posisi
memungkinkan, keinginan itu tidak diwujudkan dengan korupsi. Namun dorongan
korupsi menjadi kuat karena banyak orang yang melakukannya. Ego melihat
realitas ini dan memberi kemungkinan kepada id untuk merealisasikan
keinginannya. Namun super ego memperingatkan bahwa korupsi tidak boleh
dilakukan.
6. Pendekatan
Perilaku
Menurut Watson jika
psikologi ingin diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat
diamati dan dapat diukur. Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat
untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep diri,eksperimen, sosialisasi,
kontrol sosial,serta ganjaran dan hukuman.
Berbeda dengan
psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan bawah
sadar mereka, behaviorisme (perilaku) menganailis perilaku manusia hanya
berdasarkan perilaku yang tampak dan dapat diukur.
Behaviorisme
percaya bahwa perilaku manusia, pada dasarnya adalah respon atas stimulus yang
datang dan merupakan hasil dari proses belajar. manusia belajar dari
lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu,
manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Pendekatan ini juga
berpendirian bahwa manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis.
Perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan atau dimotivasikan
oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan
(Rakhmat,1994).
Pendekatan ini juga
disebut psikologi Stimulus-Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak
mempertimbangkan pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan
Sukadji, pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan
kesadaran penuh. Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri,
seorang peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang
sedang anda alami.
7. Pendekatan Kognitif
Psikologi kognitif
berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimulus yang pasif. Mental
manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
bentuk-bentuk baru dan memilihnya kedalam kategori-kategori.
Kognitif adalah
sebutan bagi proses berbagai cara manusia mentransformasikan masukan indrawi,
membubuhi kode-kode pada masukan ini, dan menyimpan kode-kode kedalam ingatan
serta mengambil kembali untuk dipergunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan
image, pemecahan masalah, ingatan dan berfikir, semuanya adalah istilah yang
menggambarkan fase-fase hipotetik terjadinya kognisi.
Pendekatan kognitif
adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak
mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya,
yakni ia memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana
pasifnya manusia.
Psikologi kognitif
berusaha meneliti proses-proses mental dengan cara objektif dan ilmiah.
Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami
lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Perilaku manusia harus dilihat
dari konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar hasil dari proses menanggapi
stimulus yang diterimanya.
Lewin menyatakan
bahwa dalam suatu kelompok manusia akan terdapat sifat-sifat kelompok yang
tidak dimiliki individu.
Leon Festinger dan
Fritz Heider adalah tokoh teori konsistensi kognitif. teori ini menyatakan
bahwa manusia cenderung mengalami ketegangan pada saat kebutuhan psikologinya
belum terpenuhi. Pada saat seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi
ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan ia berusaha mengoptimalisasi
dalam persepsi,perasaan,kognisi dan pengalamannya.
Misalya, si A
seorang perokok berat. Suatu hari ia merasa terganggu dengan berita disurat
kabar yang menyatakan bahwa roko sangat berbahaya dan penyebab kematian nomor
satu. Membaca berita itu menyebabkan ketegangan pada diri si A. Ia ingin
berhenti meroko, namun itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit
dihentikan. Apa yang harus dilakukan ? ia tentu tak mau lama-lama tegang. Ia
segera mencari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, ia memiliki
beberapa pilihan keputusan seperti:
1.
Berhenti merokok sama sekali.
2.
Terus merokok dengan alasan
bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah.
3.
Terus merokok dengan alasan
dokter, keluarga juga merokok.
4.
Terus merokok dengan filter.
5.
Berhenti merokok dengan
bertahap.
8. Metode
Observasi
Observasi
adalah melakukan pengamatan terhadap objek dengan mengontrol faktor tertentu
yang menentukan tingkah laku remaja tetapi tidak menjadi fokus penelitian,
sehingga seorang peneliti memilih kondisi laboratorium dengan menghilangkan
faktor kompleks dalam dunia nyata. Untuk hasil penelitian yang lebih efisien,
biasanya dipasang juga alat perekam, kamera video, lembar pencatatan khusus,
dan cermin satu arah. Karena penelitian di laboratorium
sering kali memungkinkan para partisipan untuk mengetahui kalau mereka sedang
diteliti dan kondisinya tidak alamiah dan tidak wajar, maka ada istilah observasi
alamiah, yaitu observasi yang dilakukan langsung kepada objek ditempat asli
mereka, dan peneliti tidak berusaha memanipulasi dan mengontrolnya.
Dalam
metode observasi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inrtospeksi dan
ekstrospeksi. Introspeksi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja
memperhatikan dan mempelajari proses kejiwaan pada diri sendiri. Sedangkan
ekstrospeksi adalah pengamatan yang dilakukan dengan mempelajari kejiwaan orang
lain. Metode observasi ini dapat
dibedakan atas dua, yaitu :
·
Observasi
alami (natural observasi)
Observasi alami adalah pencatatan data mengenai tingkah
laku yang terjadi sehari-hari secara alami/wajar. Jadi dalam observasi alami
peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah
suasana atau mengontrol dalam situasi-situasi yangh direncanakan.
Misalnya observasi yang dilakukan
terhadap kehidupan anak dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang
dilakukan, misalnya yang berhubungan dengan perkembangan tertentu dilihat dari
aspek kepribadiannya. Hal ini bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kebun,
atau di sekolah.
·
Observasi
terkontrol (controlled observation)
Observasi terkontrol dilakukan bilamana lingkungan tempat
individu berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga
bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul.
Misalnya,
seorang anak ingin diketahui reaksi dan sikapnya terhadap lingkungan
pergaulannya, akan diobservasi pada lingkungan sosial yang sudah direncanakan.
Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab seorang anak yang agresif, ia
dimasukkan kedalam ruangan main yang sudah tersusun sedemikian rupa (misalnya
ruangan yang ada bermacam-macam boneka atau mainan) sehingga reaksi-reaksi dan
perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak timbul karena
rangsangan-rangsangan khusus dari lingkungannya. Dengan demikian dalam
observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi terhadap perilaku tertentu.
9.
Metode
Etnografi
Etnografi (Yunani
ἔθνος ethnos = rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah strategi
penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi
dan beberapa cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu
sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis,
komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga
budaya material dan spiritual mereka.
Etnografi sering diterapkan untuk
mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan
data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner,
dan lain-lain. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang
dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui
tulisan. Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau
"laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk
"etnografi".
10. Metode Klinis
Yang dimaksud dengan metode klinis ialah, nasehat dan
bantuan kodekteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan.
Metode klinis yang diterapkan dalam psikologi adalah kombinasi dari bantuan
klinis medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para
pasien.
Observasi dilakukan di rumah sakit, pusat gangguan jiwa,
rumah pemasyarakatan, pusat rehabilitasi Narkoba, Klinik atau badan Biro
lembaga konsultasi, bimbingan penyuluhan psikologi dengan fasilitas yang cukup,
untuk meneliti segala tingkah laku pasien.
Dengan sangat hati-hati para petugas (dokter, psikiater,
psikolog, pekerja sosial) mengajukan pertanyaan mengenai bermacam-macam hal
yang ada kaitannya dengan penyakit atau gangguan mentalnya, untuk kemudian
mengklasifikasikan jawaban-jawaban tersebut.
Lalu orang mengambil kesimpulan terakhir, yaitu
mengadakan pragnosa (menentukan sebelumnya proses penyakitnya, diagnosa atau
pemastian dari geajala dan menentukan therapai dan usaha penyembuhan).
Metode klinis adalah suatu metode penelitian yang khusus
ditujukan kepada anak-anak dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap
dan tanya jawab. Penggunaan metode ini merupakan penggabungan ekperimen dan observasi.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengamat-amati atas
pertimbangan bahwa anak itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan
perasaannya dengan bahasa yang lancar.
Untuk memudahkan tanya jawab dalam pelaksanaannya
digunakan daftar pertanyaan yang memberi petunjuk kepada si peneliti tentang
apa saja yang harus diperhatikan. Metode klinis ini bersumber dari psikiatri, yang
menganggap anak sebagai orang yang sakit.
11. Eksperimen (Percobaan)
Metode eksperimen adalah metode penelitian dalam
psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak.
Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian terhadap anak tidaklah mudah,
karena anak-anak sangat sugestibel, karena anak-anak sangat sugestibel, mudah
dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan
sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan oleh anak itu.
Metode ini biasanya dilakukan dalam laboratorium melalui
Eksperimen (Percobaan). Eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis tentang
reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu untuk menentukan
gejala-gejala jiwa tertentu secara umum seperti pikiran, kemauan, ingatan,
potensi, dan sebagainya. Melalui metode ini dapat pula diketahui
perbedaan kapasitas individual, kondisi mental, bakat dan watak seseorang.
12. Pemeriksaan psikologis
Secara populer metode ini dikenal dengan nama
“psikotes”. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu
yang hanya digunakan oleh para ahli yang benar-benar terlatih. Alat-alat
itu dapat digunakan untuk mengukur dan mengetahui taraf kecerdasan, arah
minat, sikap, struktur kepribadian, dan lain-lain dari orang yang mau diperiksa
itu.
·
Riwayat Hidup (biografi)
Metode ini merupakan lukisan atau
tulisan perihal kehidupan seseorang, baik sewaktu ia masih hidup maupun
sesudah meninnggal. Dalam metode ini, seseorang menguraikan tentang keadaan,
sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai orang yang berangkutan.
Ada dua macam versi tulisan dalam
metode ini; yakni : tulisan dalam buku harian diri sendiri yang ditulis oleh
orangnya sendiri, dan selanjutnya disebut “Autobiografi” dan buku tentang
riwayat hidup seseorang, yang ditulis oleh orang tertentu disebut “Biografi”.
·
Teknik
Projective Test
yakni mengumpulkan dokumen mengenai permainan-permainan, gambar-gambar, karangan-karangan yang dibuat oleh anak-anak. Untuk itu, maka dikumpulkan segala macam permainan yang dipakai oleh anak-anak pada usia tertentu, sehingga dari segala macam alat permainan itu, akhirnya dibuat satu kesimpulan tentang permainan anak pada usia tertentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar