Senin, 07 Desember 2015

METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

            Untuk mengetahui suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari manusia tersebut maka dilakukan pendekatan-pendekatan dan metode-metode tertentu, dimana untuk memberikan pengertian bagaimana peneliti (psikolog) perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan dan bagaimana cara untuk mengatasi hambatan dalam proses perkembangan.
1.      Pendekatan Longitudinal Vs Transversal
            Yang disebut metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama , misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati , atau mengikuti perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup , yaitu misalnya selama masa kanak –kanak atau selama masa remaja. Dengan metode ini biasanya diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Penelitian dengan menggunakan metode longitudinal memiliki cakupan pengertian serta karakter sebagai berikut(Ruspini, 2000; Taylor et.al,2000):
a.       Data dikumpulkan untuk setiap variable pada dua atau lebih periode waktu tertentu.
b.      Subyek atau kasus yang dianalisis sama atau setidaknya dapat diperbandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya.
c.       Analisis melibatkan perbandingan data yang sama dalam satu periode antar berbagai metode yang berbeda.
·         Keuntungan metode longitudinal adalah : Bahwa suatu proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti.
·          Kerugian metode longitudinal ialah : Bahwa penyelidik sangat tergantung pada orang yang  diselidiki tersebut dalam jangka waktu yang cukup. Hal ini sering menimbulkan kesulitan , misalnya bila orang yang diselidiki tadi tiba- tiba pindah tempat atau meninggal.
            Metode transversal atau metode kros-seksional diselidiki orang-orang atau kelompok orang dari tingkatan usia yang berbeda – beda, karena dengan metode ini dapat diperbandingkan , misalnya : meneliti orang dari status masyarakat yang berbeda- beda.
            Keunggulan dari pendekatan cross-sectional atau transversal adalah para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk melihat perbedaan perkembangan subjek tersebut. Kelemahan dari pendektan cross-sectional atau transversal adalah pendekatan ini tidak memberikan informasi yang secara akurat bagaimana subjek itu berubah baik secara fisik maupun karakteristiknya.
            Metode lain yang disebut time-lag membandingkan orang- orang dari usia yang sama tetapi dari kohort yang berbeda- beda ( kohort = kelompok orang yang lahir dalam tahun yang sama). Wheeler ( 1942 ) menemukan bahwa anak- anak dari usia dan daerah yang sama lebih tinggi skor tingkah laku kecerdasannya pada tahun 1940 daripada pada tahun 1930.
            Dapat diadakan kombinasi metode longitudinal dan kros-seksional dengan meneliti beberapa kelompok selama beberapa tahun. Misalnya selama tiga tahun, tetapi diusahakan sedemikian rupa sehingga usia kelompok satu dengan yang lainnya saling menutupi. Misalnya kelompok yang satu terdiri dari anak umur 12, 13, dan 14 tahun, kelompok yang lain umur 14, 15, dan 16 tahun. Sifat longitudinalnya ada dalam mengikuti kelompok yang tadi selama tiga tahun berturut- turut, sedangkan kros-seksionalnya dapat dilakukan dengan membandingkan usia 14 tahun yang saling menutupi tadi mengenai beberapa tingkahlaku tertentu.
            Di Nijmegen , Nederland pernah diadakan penelitian mengenai perkembangan anak dengan memakai metode kombinasi itu.( lihat Wels van den Munckhof , 1974; Prahl – Andersen B . dkk. 1979 ).
2.      Pendekatan Sequential
            Metode penelitian perkembangan hidup dengan cara mengombinasikan antara rancangan lintas seksional dengan longitudinal. Biasanya dimulai dengan studi lintas seksional yang mencakup individu-individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan, bertahun-tahun, individu yang sama diuji kembali yang merupakan aspek longidutinal. Dan pada tahapan penelitian selanjutnya, sekelompok objek baru diukur pada masing-masing usia. Kelebihan metode ini adalah dapat memberikan informasi yang jelas, akurat, dan memberikan penjelasan yang tidak mungkin didapat dari pendekatan lintas seksional maupun longitudinal. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lama, mahal, dan kompleks.
3.      Pendekatan Lintas Budaya
            Pendekatan lintas budaya adalah pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangakan faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia. Pendekatan ini dilakukan terhadap beberapa kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainnya untuk dianalisa persamaan dan perbedaannya.
            Benedict (1934 ) , Kardiner ( 1945 ) dan Mead ( 1958 ) dapat menunjukkan bahwa penghayatan kemasakan seksual dalam masa remaja sangat dipengaruhi oleh perlakuan dan norma yang ada dalam suatu kebudayaan tertentu. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai penelitian untuk membandingkan orang- orang dari usia yang sama tetapi hidup dalam alam budaya yang berbeda- beda. Dengan demikian dapat diperoleh pengertian yang lebih baik mengenai berbagai macam aspek dalam perkembangan kepribadian seseorang.
            Misalnya Piaget (1937) beranggapan bahwa perkembangan intelegensi dimulai dengan suatu “ stadium egosentris “. Dalam stadium tersebut anak belum dapat membedakan antara dirinya dengan dunia luar. Perkembangan intelegensi dapat menyebabkan datangnya pengertian akan perbedaan itu. Bruner ( 1972) dapat menunjukkan bahwa anak Senegal tidak mengalami perkembangan semacam itu. Begitu pula Reich mengemukakan bahwa pada orang Eskimo sama sekali tidak ada pembedaan antara individu dan dunia luar. Bila penemuan Bruner dan Reich itu benar, maka ada kemungkinan perkembangan cara berpikir yang egosentris ke cara berpikir yang obyektif lebih menonjol atau lebih cepat terjadi pada anak di Barat.
            Pendekatan lintas budaya ( kros- kultural ) ini memberikan pengertian yang lebih mendalam akan proses perkembangan seseorang . Di Barat banyak diadakan penelitian banding antara anak- anak yang berasal dari suku bangsa yang berbeda- beda tetapi hidup dalam masyarakat yang sama, misalnya membandingkan anak kulit putih dengan anak negro di Amerika. Perbedaan alam budaya atau perbedaan kultural semacam itu kadang- kadang dimengerti sebagai perbedaan sub- kultural, yaitu perbedaan yang terdapat dalam kelompokyang berbeda –beda yang hidup dalam masyarakat yang sama.
            Di Amerika,  orang negro tergolong kelas sosial ekonomi yang rendah, ciri perkembangan orang yang tidak berpendidikan dan ciri anak yang hidup dibagian kota yang miskin ( slums).Namun penemuan ini masih terbuka untuk dikaji lebih lanjut.
            Jensen ( 1969 ) dapat menunjukkan bahwa orang negro memperoleh skor beberapa angka lebih rendah daripada orang kulit putih dalam beberapa tes intelegensi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang negro lebih kurang cerdas daripada orang kulit putih.
            Penelitian tersebut dilakukan terhadap kelompok orang negro dan kelompok orang kulit putih yang kurang lebih sama latar belakang pendidikan dan sosial ekonominya.
4.      Pendekatan Neurobiologis
            Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis.
            Pendekatan neuro-biologis beranggapan bahwa inetligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku inteligen, menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro anatomis dan proses neurofisiologisnya.
            Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Maka Perilaku seseorang sangat tergantung pada kondisi otak dan sistem syarafnya, bila otak dan syaraf terganggu maka perilakunya juga akan terganggu.
            Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
            Penemuan-penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa takut dan marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak.
            Dari berbagai penelitian dikatakan, tindakan manusia yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai kemungkinan untuk di perinci dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
            Menurut Sukadji 1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan neurobiologi kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi.
5.      Pendekatan Psikoanalisis
            Jika kita ingin menganalisis manusia berdasarkan dengan perkembangan kepribadiannya atau proses sosialisasi serta mengidentifikasi perilaku agresi, kita tepat menggunakan pendekatan ini, yaitu pendekatan psikoanalisis. Sigmund Freud adalah orang pertama yang memperkenalkan pendekatan psikoanalisis. sesungguhnya psikoanalisis adalah teknik psycho-therapeutic. Berdasarkan pengalaman terapi terhadap penderita gangguan jiwa yang disebut neurotic maka Freud menerbitkan buku The Interpretation of Dreams.
            Apa yang mendasari timbulnya teori psikoanalisis ini??. yang menjadi anggapan dasar Freud adalah bahwa perilaku manusia ditentukan oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak disadari. Proses ketidak sadaran ini menurut Freud adalah proses terpengaruhnya perilaku oleh pikiran, ketakutan atau keinginan-keinginan yang tidak didasari oleh orangnya.
            Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya. Dalam pandangan psikoanalis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara id, ego, dan superego.
            Id dimaksudkan sebagai hawa nafsu yang memuat dorongan-dorongan biologis manusia. Contohnya, id-lah yang mendorong kita untuk makan,minum, berhubungan seksual, dan dorongan-dorongan biologis lain yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Id bergerak dengan kesenangan dan dengan id kita tidak peduli dengan orang lain, lingkungan sekitar ataupun pada seluruh bentuk kenyataan hidup.
            Id bersifat egois. Dalam id terdapat dua insting yang dominan, yaitu libido atau eros, dan thanatos. Libido adalah insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk melakukan kegiatan agar tetap hidup. Sedangkan thanatos adalah insting yang merusak pada kematian
            Ego bergerak berdasarkan perinsip realitas adalah struktur kepribadian yang membawa kita untuk menjejak pada kenyataan sosial. Oleh sebab itu ego pulalah yang membuat keinginan-keinginan kita terpenuhi. Sebaliknya Id hanya menghasilkan sejumlah keinginan, tetapi bukan memenuhinya. Contoh ego : jika anda seorang karyawan, anda tidak bisa begitu saja (walaupun ingin sekali!) memaki atau menegur atasan anda karena perlakuan atasan anda yang tidak adil dan seenaknya.
            Pada saat seperti itu , anda harus melihat realitas. Dalam kedudukan atasan dan bawahan itu memang posisi anda lebih lemah, power ada pada atasan anda. Bahkan, dalam banyak kejadian, ketika anda ingin memperjuangkan hak anda, teman-teman anda sesama karyawan menasihati anda untuk tidak usah berbuat macam-macam. Mereka berkata "sudahlah, jangan diteruskan, nanti kamu rugi akan berlipat-lipat".
            Superego dipandang sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang berupaya mewujudkan keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural masyarakat kita.
            Id melahirkan keinginan kita untuk memiliki rumah mewah, mobil mutakhir, pasangan cantik jelita dan ganteng, dan atribut-atribut kemewahan lainnya. Oleh karena posisi memungkinkan, keinginan itu tidak diwujudkan dengan korupsi. Namun dorongan korupsi menjadi kuat karena banyak orang yang melakukannya. Ego melihat realitas ini dan memberi kemungkinan kepada id untuk merealisasikan keinginannya. Namun super ego memperingatkan bahwa korupsi tidak boleh dilakukan.
6.      Pendekatan Perilaku
            Menurut Watson jika psikologi ingin diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan dapat diukur. Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep diri,eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial,serta ganjaran dan hukuman.
            Berbeda dengan psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan bawah sadar mereka, behaviorisme (perilaku) menganailis perilaku manusia hanya berdasarkan perilaku yang tampak dan dapat diukur.
            Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia, pada dasarnya adalah respon atas stimulus yang datang dan merupakan hasil dari proses belajar. manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
            Pendekatan ini juga berpendirian bahwa manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan atau dimotivasikan oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan (Rakhmat,1994).
            Pendekatan ini juga disebut psikologi Stimulus-Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak mempertimbangkan pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Sukadji, pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan kesadaran penuh. Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri, seorang peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang sedang anda alami.
7.      Pendekatan Kognitif
            Psikologi kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimulus yang pasif. Mental manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk baru dan memilihnya kedalam kategori-kategori.
            Kognitif adalah sebutan bagi proses berbagai cara manusia mentransformasikan masukan indrawi, membubuhi kode-kode pada masukan ini, dan menyimpan kode-kode kedalam ingatan serta mengambil kembali untuk dipergunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan image, pemecahan masalah, ingatan dan berfikir, semuanya adalah istilah yang menggambarkan fase-fase hipotetik terjadinya kognisi.
            Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.
            Psikologi kognitif berusaha meneliti proses-proses mental dengan cara objektif dan ilmiah. Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Perilaku manusia harus dilihat dari konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar hasil dari proses menanggapi stimulus yang diterimanya.
            Lewin menyatakan bahwa dalam suatu kelompok manusia akan terdapat sifat-sifat kelompok yang tidak dimiliki individu.
            Leon Festinger dan Fritz Heider adalah tokoh teori konsistensi kognitif. teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung mengalami ketegangan pada saat kebutuhan psikologinya belum terpenuhi. Pada saat seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan ia berusaha mengoptimalisasi dalam persepsi,perasaan,kognisi dan pengalamannya.
            Misalya, si A seorang perokok berat. Suatu hari ia merasa terganggu dengan berita disurat kabar yang menyatakan bahwa roko sangat berbahaya dan penyebab kematian nomor satu. Membaca berita itu menyebabkan ketegangan pada diri si A. Ia ingin berhenti meroko, namun itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihentikan. Apa yang harus dilakukan ? ia tentu tak mau lama-lama tegang. Ia segera mencari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, ia memiliki beberapa pilihan keputusan seperti:
1.      Berhenti merokok sama sekali.
2.      Terus merokok dengan alasan bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah.
3.      Terus merokok dengan alasan dokter, keluarga juga merokok.
4.      Terus merokok dengan filter.
5.      Berhenti merokok dengan bertahap.
8.      Metode Observasi
            Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap objek dengan mengontrol faktor tertentu yang menentukan tingkah laku remaja tetapi tidak menjadi fokus penelitian, sehingga seorang peneliti memilih kondisi laboratorium dengan menghilangkan faktor kompleks dalam dunia nyata. Untuk hasil penelitian yang lebih efisien, biasanya dipasang juga alat perekam, kamera video, lembar pencatatan khusus, dan cermin satu arah. Karena penelitian di laboratorium sering kali memungkinkan para partisipan untuk mengetahui kalau mereka sedang diteliti dan kondisinya tidak alamiah dan tidak wajar, maka ada istilah observasi alamiah, yaitu observasi yang dilakukan langsung kepada objek ditempat asli mereka, dan peneliti tidak berusaha memanipulasi dan mengontrolnya.
            Dalam metode observasi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inrtospeksi dan ekstrospeksi. Introspeksi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan dan mempelajari proses kejiwaan pada diri sendiri. Sedangkan ekstrospeksi adalah pengamatan yang dilakukan dengan mempelajari kejiwaan orang lain. Metode observasi ini dapat dibedakan atas dua, yaitu :
·         Observasi alami (natural observasi)
            Observasi alami adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alami/wajar. Jadi dalam observasi alami peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrol dalam situasi-situasi yangh direncanakan.
            Misalnya observasi yang dilakukan terhadap kehidupan anak dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang dilakukan, misalnya yang berhubungan dengan perkembangan tertentu dilihat dari aspek kepribadiannya. Hal ini bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kebun, atau di sekolah.
·         Observasi terkontrol (controlled observation)
                     Observasi terkontrol dilakukan bilamana lingkungan tempat individu berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul.
                     Misalnya, seorang anak ingin diketahui reaksi dan sikapnya terhadap lingkungan pergaulannya, akan diobservasi pada lingkungan sosial yang sudah direncanakan. Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab seorang anak yang agresif, ia dimasukkan kedalam ruangan main yang sudah tersusun sedemikian rupa (misalnya ruangan yang ada bermacam-macam boneka atau mainan) sehingga reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak timbul karena rangsangan-rangsangan khusus dari lingkungannya. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi terhadap perilaku tertentu.
9.      Metode Etnografi
            Etnografi (Yunani ἔθνος ethnos = rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka.
            Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dan lain-lain. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan. Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk "etnografi".
10.  Metode Klinis
            Yang dimaksud dengan metode klinis ialah, nasehat dan bantuan kodekteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang diterapkan dalam psikologi adalah kombinasi dari bantuan klinis medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para pasien.
            Observasi dilakukan di rumah sakit, pusat gangguan jiwa, rumah pemasyarakatan, pusat rehabilitasi Narkoba, Klinik atau badan Biro lembaga konsultasi, bimbingan penyuluhan psikologi dengan fasilitas yang cukup, untuk meneliti segala tingkah laku pasien.
            Dengan sangat hati-hati para petugas (dokter, psikiater, psikolog, pekerja sosial) mengajukan pertanyaan mengenai bermacam-macam hal yang ada kaitannya dengan penyakit atau gangguan mentalnya, untuk kemudian mengklasifikasikan jawaban-jawaban tersebut.
            Lalu orang mengambil kesimpulan terakhir, yaitu mengadakan pragnosa (menentukan sebelumnya proses penyakitnya, diagnosa atau pemastian dari geajala dan menentukan therapai dan usaha penyembuhan).
            Metode klinis adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Penggunaan metode ini merupakan penggabungan ekperimen dan observasi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengamat-amati atas pertimbangan bahwa anak itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya dengan bahasa yang lancar.
            Untuk memudahkan tanya jawab dalam pelaksanaannya digunakan daftar pertanyaan yang memberi petunjuk kepada si peneliti tentang apa saja yang harus diperhatikan. Metode klinis ini bersumber dari psikiatri, yang menganggap anak sebagai orang yang sakit.
11.  Eksperimen (Percobaan)
            Metode eksperimen adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian terhadap anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat sugestibel, karena anak-anak sangat sugestibel, mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan oleh anak itu.
            Metode ini biasanya dilakukan dalam laboratorium melalui Eksperimen (Percobaan). Eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu untuk menentukan gejala-gejala jiwa tertentu secara umum seperti pikiran, kemauan, ingatan, potensi, dan sebagainya.  Melalui metode ini dapat pula diketahui perbedaan kapasitas individual, kondisi mental, bakat dan watak seseorang.
12.  Pemeriksaan psikologis
            Secara populer metode ini dikenal dengan nama “psikotes”.  Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya digunakan oleh para ahli yang benar-benar terlatih.  Alat-alat itu dapat digunakan untuk mengukur dan mengetahui  taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian, dan lain-lain dari orang yang mau diperiksa itu.
·         Riwayat Hidup (biografi)
      Metode ini merupakan lukisan atau tulisan perihal kehidupan seseorang, baik sewaktu ia masih hidup  maupun sesudah meninnggal. Dalam metode ini, seseorang menguraikan tentang keadaan, sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai orang yang berangkutan.
      Ada dua macam versi tulisan dalam metode ini; yakni : tulisan dalam buku harian diri sendiri yang ditulis oleh orangnya sendiri, dan selanjutnya disebut “Autobiografi” dan buku tentang riwayat hidup seseorang, yang ditulis oleh orang tertentu disebut “Biografi”.
·         Teknik Projective Test

      yakni mengumpulkan dokumen mengenai permainan-permainan, gambar-gambar,  karangan-karangan yang dibuat oleh anak-anak. Untuk itu, maka dikumpulkan segala macam permainan yang dipakai oleh anak-anak pada usia tertentu, sehingga dari segala macam alat permainan itu, akhirnya dibuat satu kesimpulan tentang permainan anak pada usia tertentu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar