Cabang Ilmu Filsafat
A. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan
bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.
Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu,
yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu
berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti apa dan bagaimana
suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep
tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan
alam melalui teknologi. Selain itu, filsafat ilmu juga berusaha menjelaskan
cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan
metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan
kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
B.
Cabang Utama Filsafat
Filsafat secara
umum terbagi dua yaitu : filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Yang termasuk filsafat teoritis adalah: ontologi
(metafisika), dan epistemologi. Sedangkan aksiologi adalah filsafat praktis.
a.
Ontologi
Ontologi kerap disebut juga metafisika atau filsafat pertama.Kata ontologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu on atau ontos yang berarti ada
atau keberadaan dan logos yang bermakna studi atau ilmu tentang.Karena
itu, ontologi berarti ilmu tentang ada. Dengan kata lain, ontologi adalah cabang
filsafat yang mengupas masalah ada. Pertanyaan dasar dalam ontologi
adalah apa hakekat Ada?
b.
Epistemologi
Kata
epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme( pengetahuan , ilmu
pengetahuan) dan logos (pengetahuan, informasi). Jadi,
epistemologi dapat berarti “pengetahuan tentang pengetahuan” atau teori
pengetahuan.Singkatnya, epistemologi adalh cabang filsafat yang membahas tentang
pengetahuan.Pertanyaan dasar dalam wacana filsafat adalah apakah pengetahuan
itu? Bagaimana
metode mendapatkannya? Bagaimana
membuktikan kebenaran suatu pengetahuan?
c.
Aksiologi
Aksiologi
berakar kata axios (layak,pantas), dan logos (ilmu, studi
mengenai). Jadi, aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat
nilai-nilai. Karena itu, aksiologi mempermasalahkan apakah nilai
subjektif? Apakah nilai itu kenyataan? objektifkah
nilai-nilai itu? Namun, Pertanyaan dasariah aksiologi sendiri adalah apakah
yang seharusnya saya lakukan?.
C. Cabang-Cabang
Filsafat
Banyak para
filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai cabang, seperti H. De Vos,
Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld, Aristoteles, dan lain-lain. Setiap
filsuf memiliki perbedaan dalam membagi cabang-cabang filsafat ilmu. Walaupun
ada perbedaan dalam pembagiannya, namun tentu saja lebih banyak persamaanya.
Dari beberapa pandangan filsuf tersebut, sekarang filsafat memiliki beberapa
cabang, yaitu metafisika, logika, epistemologi, etika, dan estetika.
1. Metafisika
Metafisika
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan
sesuatu dibalik yang tampak. Metafisika tidak muncul dengan karakter sebagai
disiplin ilmu yang normatif tetapi tetap filsafat yang ditujukan terhadap
pertanyaan-pertanyaan seputar perangkat dasar kategori-kategori untuk mengklasifikasikan
dan menghubungkan aneka fenomena percobaan oleh manusia.
Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi dan
antropologi.
·
Ontologi (Teori Alam dan
Tipe-Tipe Realitas)
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret atau
realistis. Hakekat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam
sudut pandang, yaitu kuantitatif (menanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?) dan kualitatif (menanyakan apakah kenyataan/realitas tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga
mawar yang berbau harum). Adapun teori Ontologi utama meliputi:
1. Materialisme à Objek-objek fisik yang ada
mengisi ruang angkasa dan tidak ada yang lainnya. Semua sifat fisik alami
tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri.
2. Idealisme à Hanya pikiran/berpikir, spirit,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan berpikir yang benar-benar nyata
(konkret).
3. Dualisme à Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan keduanya tidak
saling mengurangi satu dengan yang lain.
·
Kosmologi (Teori Umum
Proses Realitas)
Kosmologi berkepentingan terhadap
cara berbagai benda dan peristiwa yang satu mengikuti cara berbagai benda dan
peristiwa lain menurut perubahan waktu (satu benda ditentukan oleh benda
lainnya). Satu benda atau peristiwa ditentukan oleh sebab sebelumnya dan tidak
dapat dibalik. Determinan-determinan dari peristiwa alam yang dianggap
beroperasi dengan cara terakhir tersebut dinamakan Aristoteles sebagai
“sebab-sebab final” à final causes à dikenal sebagai antecedent
causes.
Determinisme merupakan
pandangan tentang apapun yang terjadi bersifat universal, tanpa kecuali, dan secara
lengkap ditentukan oleh sebab-sebab sebelumnya. Bila pandangan ini digabung
dengan konsepsi materialisme, yaitu semua proses adalah fisik secara ekslusif,
maka pandangan deterministik ini dinamakan mekanisme. Deterministik diakui
dunia pendidikan internasional sebagai pendekatan yang powerful.
Selain pandangan determinisme, kita
perlu mengenal pandangan lain, yaitu teleologi. Teleologi adalah proses yang
dianggap ditentukan oleh aneka pengaruh atau sebab akhir (influenced by ends).
·
Antropologi
Adalah ilmu yang menyelidiki tentang manusia
yang berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan tentang hakikat manusia dan
pentingnya dalam alam semesta.
2.
Logika
Logika adalah cabang filsafat yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika membahas tentang prinsip-prinsip
inferensia (kesimpulan) yang absah (valid) dan topik-topik yang saling
berhubungan. Logika dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Logika deduktif (deductive
form of inference), yaitu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus. Pernyataan yang
mendukung silogismus disebut premis. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut
(Suriasumantri. 1988: 48-49). Perkembangan logika deduktif dimulai sejak masa
Aristoteles, setelah kontribusi oleh Stoics dan para logikawan lain pada zaman
pertengahan, mereka mengasumsikannya sebagai garis besar tradisi Aristotelesian
2. Logika induktif (inductive form of inference), yaitu cara
berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Prinsip induktif mampu digunakan dalam
ilmu terapan pada masa John Stuart Mill dalam metodenya tentang analisis–sebab
(causal analysis) bersama dengan prinsip teori peluang dan praktek
statistik yang masih menjadi sumber-sumber utama penampilan buku tentang logika
induktif.
Banyak para ahli berpendapat bahwa
sekalipun sejak 1940-an logika deduktif berkembang tetapi masih belum menyamai
taraf yang dicapai oleh logika deduktif. Dalam hal ini, logika deduktif lebih powerful.
3.
Epistemologi
Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos
= kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistomologi atau teori pengetahuan berhubungan
dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode
deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
4. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang
membicarakan tingkah laku (moral) atau perbuatan manusia dalam hubungannya
dengan baik ataupun buruk. Etika dalam kajian filsafatnya dapat diberi arti
sebagai tata krama dan sopan santun yang lahir dari pemahaman perbuatan yang
baik dan buruk serta sebuah tata aturan yang berlaku dalam masyarakat yang
menjadi sebuah kebudayaan yang wajib untuk taat dipatuhi.
5.
Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang keindahan. Estetika disebut juga sebagai “filsafat
keindahan” (philosophy of beauty).
Dalam Encyclopedia Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat yang
berkenaan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar