BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Filosofi hidup hampir berkaitan dengan
prinsip hidup. Semua orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan
hidup, prinsip
hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda di antara satu dengan lainnya dalam
menyikapinya. Karena, setiap
orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.
orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.
Ada yang mempunyai tujuan hidup yang
begitu kuat, namun prinsip hidupnya lemah, atau sebaliknya ada orang yang
mempunyai tujuan hidup yang lemah, namun memiliki prinsip hidup yang
kuat. Ini tidaklah menjadi suatu permasalahan, yang penting seberapa
baiknya
seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang ada, atau dengan kata lainnya bagaimana kondisi psikologis atau jiwa seseorang dalam menjalani hidupnya.
seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang ada, atau dengan kata lainnya bagaimana kondisi psikologis atau jiwa seseorang dalam menjalani hidupnya.
Prinsip hidup masih jauh kaitannya
dengan psikologi, namun psikologi mau tak mau berhubungan langsung dengan
prinsip hidup. Karena, dengan meninjau prinsip hidup seseorang dapat
diketahui kondisi jiwa seseorang. Prinsip hidup dan filosofi hidup
sangat luas cakupannya, tidak hanya ditinjau dari segi psikologi, tapi
seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada. Prinsip hidup seseorang
dapat diambil
dari perspektif psikologi, agama, seni, literatural, metafisika, filsafat dsb.
Bagi
sebagian orang, filosofi hidup dapat dijadikan sebagai panutan hidup, agar seseorang dapat
hidup dengan baik dan benar. Adapula sebagaian orang yang tidak
menghiraukan apa itu tujuan hidup dan filosofi hidup, ia hanya hidup
mengikuti arus yang mengalir dan
sebagian orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi hidupnya sehingga membuat ia menjadi keras dan keras, Jadi, kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang
keras.
sebagian orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi hidupnya sehingga membuat ia menjadi keras dan keras, Jadi, kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang
keras.
Orang yang lemah adalah orang yang tidak mempunyai tujuan
hidup atau
prinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini, sehingga terkadang baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya
dengan terlalu kuat. Ia berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral, tidak kurang dan tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia mampu melakukan apa saja demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh
filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya, ia merasa lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang. Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga dapat dikategorikan, seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah, jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun, untuk yang berjiwa sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun kuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang penting.
prinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini, sehingga terkadang baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya
dengan terlalu kuat. Ia berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral, tidak kurang dan tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia mampu melakukan apa saja demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh
filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya, ia merasa lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang. Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga dapat dikategorikan, seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah, jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun, untuk yang berjiwa sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun kuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang penting.
Pada
dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan bersih. Pada saat seseorang dalam
keadaan tenang, ia membuat berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya,
namun ketika diterapkan timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya
pengaruh dari
lingkungan eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar dirinya adalah panca indera. Panca indera yang tidak terjaga dengan baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik. Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal
menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orang baik kepada saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini, jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa
yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia susah menjalankannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan dari luar dirinya.
lingkungan eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar dirinya adalah panca indera. Panca indera yang tidak terjaga dengan baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik. Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal
menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orang baik kepada saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini, jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa
yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia susah menjalankannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan dari luar dirinya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam
latar belakang, kami merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari filsafat
hidup?
2.
Apa manfaat mengetahui filsafat
hidup?
3.
Apa filsafat hidup Rasulullah?
1.3 Tujuan penulisan
1.
Agar
mengetahui pengertian filsafat hidup.
2.
Agar
mengetahui manfaat filsafat hidup.
3.
Agar
mengetahui filsafat hidup Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Hidup
Makna filsafat sesungguhnya adalah berpikir. Artinya
apabila anda sedang berpikir itu artinya anda sedang berfilsafat. Jadi, apapun
yang orang keluarkan dan itu melalui proses berpikir maka itulah filsafat.
Kesimpulannya substansi filsafat adalah “Berpikir”. Sedangkan hidup
adalah waktu dimana manusia bernyawa, tumbuh, dan berkembang. Dan setiap orang
yang hidup pasti mempunyai kehidupan dan setiap kehidupan pasti ada masalah,
dan setiap manusia melewati masalah pasti ada pengalaman, setiap pengalaman
maka ada hikmah yang diambil, dan setiap hikmah yang diambil pasti ada
pendewasaan.
Jadi,
subtansi dari kehidupan adalah “Kedewasaan”. Dan apabila anda menanyakan
tentang Filsafat kehidupan maka jawabannya
adalah “Berpikir Dewasa” atau dibalik “Kedewasaan Berpikir”. Dari dua kalimat
itu walaupun sama hanya dibalik, tetapi memiliki makna yang berbeda “Berpikir
dewasa” dan “Kedewasaan berpikir”
Pertama,
Berpikir Dewasa. Berpikir dewasa adalah subtansi dari filsafat
kehidupan, tetapi ini terfokus pada kehidupannya (Kedewasaan). Sebab orang yang
dewasa dalam hidupnya, yaitu orang yang dapat mengambil hikmah dari setiap
masalah yang ia hadapi dalam hidupnya.
Berpikir dewasa, yaitu
rasionalitas. Pengertian rasionalitas sendiri adalah singkronisasi antara akal
dan realitas. Artinya orang yang dewasa itu, ia akan menerima sesuatu atau
mengeluarkan sesuatu. Bukan hanya karena sesuatu itu masuk akal, tetapi juga
sesuai dengan kenyataan. Artinya pemikiran dan kenyataan hidup sesuai, bukan
malah bertolak belakang antara teori dengan realitas, ucapan dan tindakan
selaras, sehingga tidak membingungkan dan dapat diterima sebagai suatu
kebenaran, bukan suatu bentuk kesalahan yang menyesatkan, sehingga
ucapan-ucapannya tidak menipu dan selalu membawa kebaikan bagi orang banyak.
Orang pun akan mudah mengerti setiap ucapan dan nasihatnya, karena itu
seseorang yang menggunakan rasionalitas dia bukan hanya bicara saja tetapi dia
juga mempraktekkan dalam kehidupannya.
Berpikir rasionalitas sangat
berguna bagi seorang manusia yang sedang mencari solusi dari sebuah masalah,
sehingga orang tersebut akan menemukan lebih banyak lagi pelajaran dan hikmah
dari masalah-masalah yang ia hadapi. Dan mereka dijamin tidak akan seperti Keledai
yang jatuh lebih dari satu kali di dalam lubang yang sama. Berpikir dewasa
selalu menempatkan diri pada solusi permasalahan, bukan selalu mempermasalahkan
masalah.
Orang yang dewasa dalam hidupnya
ketika sebuah masalah menghantam dirinya, dia akan berpikir sekuat tenaga untuk
mencari solusi permasalahan tersebut. Bukan malah emosi sehingga yang dilakukan
adalah mempermasalahkan masalah. Akibatnya masalah tidak selesai, tetapi malah
memunculkan masalah baru, dan masalah baru tersebut pun tidak selesai, tetapi
malah memunculkan masalah baru lagi, dan masalah yang baru itu, yang ia hadapi
pun tidak selesai, tetapi malah memunculkan masalah yang lebih baru lagi, dan
itu terus-menerus berlangsung hingga masalah menjadi besar dan kompleks.
Ketika masalah tersebut besar
dan membingungkan, dan dirinya pun telah lelah karena masalahnya tidak
selesai-selesai. Barulah ia berpikir untuk mencari solusi dari masalah
tersebut, tetapi itu sudah terlambat dan tidak banyak berpengaruh karena dia
bingung harus mulai dari mana untuk menyelesaikan masalah-masalah yang banyak
dan kompleks tersebut. Itulah kondisi yang terjadi kalau kita selalu
mempermasalahkan masalah, masalah yang kecil awalnya dan dapat diselesaikan
dengan mudah menjadi masalah yang kompleks dan besar. Ketika masalah kecil
tersebut dipermasalahkan (diperbesar) maka untuk menyelesaikannya pun sangat
sulit dan memusingkan, malah kadang-kadang hanya waktu yang bisa menjadi
solusi.
Contoh kecil yang dapat
menggambarkan orang yang mempermasalahkan masalah, misalnya dalam sebuah rapat
kantor atau organisasi. Kebetulan rapat itu berlangsung pada malam hari, ketika
rapat sedang berlangsung tiba-tiba lampu di ruang rapat mati. Ada perbedaan
tindakan antara orang yang selalu mempermasalahkan masalah dengan orang yang
selalu mencari solusi permasalahan, tindakan yang akan dilakukan orang yang selalu
mempermasalahkan masalah adalah, ia akan menggebrak meja sambil berkata. “Gimana
sih panitia masa rapat sepenting ini lampunya mati apakah panitia tidak punya
persiapan yang matang untuk menghindari hal-hal sepele seperti ini. Dasar
panitia gak becus nggak profesional tidak berpengalaman, goblok. Gara-gara
kalian pembicaraan penting malam ini bisa tertunda dan tidak bisa selesai malam
ini, sedangkan kita tidak punya waktu lagi. Kalau rencana kita gagal kalian lah
yang harus bertanggung jawab!.“
Sedangkan orang yang selalu
menempatkan dirinya pada solusi permasalahan akan melakukan tindak yang
berbeda. Tindakan yang akan dilakukan, yaitu ia akan menanyakan kepada panitia apa
hal yang menjadi penyebab lampunya mati? Kalau lampunya putus maka ia akan
menganjurkan pada panitia untuk membeli lampu baru, kalau penyebabnya dari
aliran listrik maka ia akan menganjurkan untuk memperbaiki sikringnya atau
menyalakan generator sehingga lampunya dapat cepat menyala kembali. Atau ia
akan berinisiatif menggunakan lilin, lampu minyak atau senter, yang penting di
ruangan tersebut dapat dipergunakan cahaya untuk membaca berkas-berkas yang
akan dibacakan sehingga dalam waktu singkat masalah dapat diselesaikan tanpa
harus memunculkan masalah baru yang lebih kompleks dan rumit seperti yang
dilakukan orang yang mempermasalahkan masalah.
Kedua,
Kedewasaan Berpikir. Kedewasaan berpikir ini terfokus
pada pembentukan pola pikir yang dewasa, dan kedewasaan berpikir ini terdiri
dari beberapa point penting. Point yang pertama adalah subjektivitas.
Subjektivitas adalah suatu bentuk kesalahan dalam kedewasaan berpikir.
Pengertian subjektivitas sendiri adalah menyimpulkan suatu kebenaran nyata
hanya dari satu sisi saja. Kesalahan subjektivitas bukan pada subtansi
masalahnya, tapi pada sudut pandang melihat masalah tersebut, sehingga
informasi yang di dapatkan dan dikeluarkan hanya terbatas pada satu sisi
tertentu.
Kesalahan yang sering terjadi
akibat subjektivitas adalah, ketika informasi yang terbatas itu diyakini
sebagai sebuah kebenaran, dan apabila ada kebenaran yang lain dari sudut
pandang yang berbeda sering ditentang bahkan disalahkan oleh orang yang
menggunakan informasi yang subjektive tersebut, sehingga terjadilah
benturan-benturan atau konflik-konflik antara dua belah pihak yang sama-sama
meyakini bahwa informasi merekalah yang paling benar. Padahal konflik-konflik
tersebut tidaklah perlu terjadi kalau mereka melihat sesuatu tersebut secara
objektive.
Karena yang sebenarnya terjadi
adalah dua-duanya sama benar hanya sudut pandangnya berbeda. Karena itu dua
sudut pandang inilah yang harus kita pahami dan kita jelaskan sesuatu tersebut
secara objektive. Ada contoh kecil yang sering digunakan untuk memahami
objektivitas, yaitu ketika kita melihat angka 6 dari sudut pandang yang
berbeda. Coba menggambar angka 6 di atas tanah, dan posisi angka ini
berhadap-hadapan antara A dan B. Kalau A melihat angka ini dari sudut kanan,
maka A akan menjawab ini angka 6. Akan tetapi, berbeda angka ini kalau dilihat
dari sudut B, angka yang muncul adalah 9. Sekarang saya bertanya antara A
dan B penjelasannya mana yang benar?
Jawabannya, kedua-duanya adalah
benar dan tidak ada yang salah. Coba perhatikan baik-baik kalau kita melihat di
luar sana, banyak orang yang menyibukkan dirinya hanya untuk mempermasalahkan
hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Menurut A angka ini adalah 6
dan itu suatu kebenaran yang nyata di mata A. Dan menurut B angka ini adalah 9
dan itu merupakan suatu kebenaran yang nyata di mata B. Walaupun A mengeluarkan
berbagai alasan untuk menyalahkan B angka yang B lihat tetaplah 9, tidak
mungkin menjadi 6 begitu pun sebaliknya. Tetapi kebenaran mereka adalah
kebenaran subjektive yang hanya dilihat dari satu sisi saja, sedangkan
kebenaran objektive seperti apa?
Kebenaran objektive adalah
kebenaran yang dilihat dari samping (antara A dan B) atau dari dua sisi
tersebut?! Oh… kalau dari kanan ini angka 6 dan kalau di lihat dari kiri ini
menjadi angka 9, itulah sebenarnya kebenaran objektive yang harus menjadi
landasan berpikir seorang manusia yang memiliki kedewasaan berpikir.
Filsafat
yang objektive sangatlah berguna bagi proses pendewasaan berfilsafat. Baik dalam memahami sesuatu yang
mikro ataupun memahami sesuatu yang makro. Karena kehidupan ini harus di pahami
dari banyak sisi, tidak bisa kita menyimpulkan suatu kebenaran hanya dari satu
sisi saja. Tetapi perlu banyak pemahaman hingga kita dapat mengetahui peta
permasalahan yang terjadi dari hal yang sifatnya pribadi hingga hal-hal yang
sifatnya umum dan universal.
2.2 Manfaat
Mengetahui Filsafat Hidup
Berdasarkan hakekat dari pandangan hidup atau filsafat hidup
maka ada beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup, yaitu:
1. Pandangan hidup atau filsafat hidup
menolong mendidik,membangun diri sendiri dengan berpikir lebih mendalam dan
memberi isi kepada hidup kita sendiri.
2. Pandangan hidup atau filsafat hidup
memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3. Pandangan hidup memberikan pandangan
yang luas membendung egoisme dan egosentrisme.
4. Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri
maupun untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut
diatas maka orang yang memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, padanya
terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik
keindahan alam lingkungan, keindahan seni budaya, maupun keindahan harmoni
keindahan yang aman tentram dan damai.
b. Tanggap dan menaruh empati maupun
simpati terhadap penderitaan orang lain, karena itu ia tidak akan melakukan
perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung tinggi rasa keadilan,
bahkan berani mempertaruhkan hidupnya demi memperjuangkan keadilan.
2.3 Filsafat Hidup Rasulullah
Marilah
kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan pengertian taqwa
yang sebenar-benarnya dan seluas-luasnya, yakni melaksanakan segala perintah
Allah SWT, dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya. Seorang muslim yang sejati
adalah apabila ia telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola dalam
hidupnya. Kita ikuti sikap dan tindak-tanduknya, demikian pula filsafat
hidupnya harus diteladani.
Bagaimana
filsafat hidup Rasulullah? Filsafat hidup adalah hal yang abstrak, yakni
bagaimana seseorang memandang suatu persoalan hidup, cara memecahkan atau
menyelesaikannya. Ada beberapa
filsafat
hidup yang dianut oleh manusia:
1. Pertama:
Dalam hidup ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
2. Kedua:
Dalam hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke
Timur, ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, suapaya selamat
dan mendapatkan apa yang
diinginkan.
3. Ketiga:
Dalam hidup ini yang penting "GUE SENENG" masa bodoh dengan urusan
orang lain.
4. Keempat
: Dalam hidup ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Sebagai
muslim sudah selayaknya kita berfilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah
SAW.
Filsafat
hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
1.
Pertama : Rasulullah
pernah ditanya oleh seorang sahabat. "Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria
orang yang baik itu? Rasulullah menjawab:
Yang
artinya: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang
lain".
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi
filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena
itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup.
Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput
tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan
mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam
akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan
motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi
tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh
pekerjaannya. Oleh
karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu
keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat
mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri
kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat
bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai
ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah
ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal
itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang
namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an saja,
tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat
Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang
berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas
bekerja.
2.
Kedua: Rasul pernah
ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul
menjawab :
Yang
artinya : "Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang
dan banyak amal kebajikannya".
Sudah
barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat
akan merasa kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-buruknya
manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu,
bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini
memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya.
Adapun
resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah : Secara lahiriyah, kita
semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi
serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara
spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:
1.
Pertama : Suka
bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk
kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan
agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya
pendek.
2.
Kedua: Suka
silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka
mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan
saling kirim salam.
Sementara
para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60
tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya
menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah
umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang
bertambah.
3.
Ketiga: Rasul pernah
ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang
artinya : "Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih
baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau
kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos
kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut
adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang
ketiga adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup".
Pernyataan
Rasul yang kedua :
Yang
artinya: "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari
kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi".
Jika
amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan
juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara
orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot?
Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu,
giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan
selanjutnya :
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah". Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah". Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4.
Keempat: Rasul pernah
ditanya : "Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik itu
bagaimana? Rasul menjawab : "Suami yang paling baik adalah suami yang
sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara
kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya,
tetap menghormati dan menghargai isterinya.
Sebab
ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan
isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami
yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak
baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang
mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan.
Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum
Beliau wafat. Beliau sempat berpesan: "Aku titipkan nasib kaum wanita
kepadamu". Diulangnya tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba
lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan
sang isteri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang
dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang isteri.
Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
5.
Kelima: Rasul pernah
ditanya, "Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang bagaimana? Rasul
menjawab,"Apabila dia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan
yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan, "Orang yang benar
adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar
adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan
bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan
yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah,
asal setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada
ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu:
Bekas maling itu lebih baik dari pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri
adalah orang yang taat beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan
sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang yang baik, kembali ke jalan
yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang
ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu
jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang
artinya: "Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini
penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima oleh Allah".
6. Keenam:
Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang
artinya : "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang
artinya : "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah
melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261) Tidak ada orang yang
suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka
judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja
keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
7. Ketujuh:
Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu orang
yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan
shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat,
"Apakah orang itu punya keluarga?" Sahabat menjawab, "Punya Ya
Rasul". Kata Rasul : "Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!.
Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari
nafkah. Sampai Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya
mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat Hidup, makna
filsafat sesungguhnya adalah berpikir. Artinya apabila anda sedang berpikir itu
artinya anda sedang berfilsafat. Jadi, kesimpulannya substansi filsafat adalah “Berpikir”.
Sedangkan hidup adalah waktu dimana manusia bernyawa,
tumbuh, dan berkembang. Dan setiap orang yang hidup pasti mempunyai kehidupan
dan setiap kehidupan pasti ada masalah, dan setiap manusia melewati masalah
pasti ada pengalaman, setiap pengalaman maka ada hikmah yang diambil, dan
setiap hikmah yang diambil pasti ada pendewasaan.
Manfaat mengetahui filsafat hidup diantaranya adalah membangun diri sendiri dengan
berpikir lebih mendalam dan memberi isi kepada hidup kita sendiri, memberikan kebiasaan dan kepandaian
untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari, memberikan pandangan yang luas
membendung egoisme dan egosentrisme, memberikan dasar-daar baik untuk
hidup diri sendiri maupun untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Filsafat
hidup Rasulullah, Pokoknya segala kemampuan/potensi
hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang
yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Jadi filsafat hidup
Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
3.2 Saran
Sebagai makhluk hidup sudah selayaknya kita memiliki
filsafat hidup, dan penting bagi kita untuk mengetahui tentang manfaat dari
filsafat hidup itu sendiri. Dan kita juga harus mempelajari atau mengetahui
tentang filsafat hidup Rasulullah, agar kita dapat menteladani segala sesuatu
yang dikerjakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar