Senin, 07 Desember 2015

Aliran Reaslisme Dalam Filsafat Pendidikan



Aliran Reaslisme Dalam Filsafat Pendidikan

Aliran Reaslisme Dalam Filsafat Pendidikan
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang  realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata.

A.    Pendahuluan
Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. 
Kneller (1971) membagi Realisme menjadi dua bentuk, yaitu yaitu rational realism ( Realisme Rasional) dan Natural realism (Realisme Naturalis). Menurut aliran realisme, pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai yang abadi. 

B.    Implikasi Aliran realisme dalam Pendidikan

1.      Tujuan pendidikan
Menurut realisme Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai yang sesuatu yang  abadi, dan juga penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
Menurut Realisme klasik, tujuan pendidikan adalah agar anak  menjadi manusia bijaksana, yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
Tujuan pendidikan menurut Realisme religius  adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian terhadap fisik dan sosial saja, namun mempersiapkan individu untuk dunia dan akhiat.
Menurut Christian religious realist, tujuan utama pendidikan moral adalah untuk keselamatan jiwa. Anak harus mampu belajar menjaga hati dalam dirinya dan menjauhi dosa. Tuhan akan menawarkan keselmatan bagi makhluknya, dan makhluknya harus bisa menentukan apakah akan menerima atau tidak tawaran tersebut. Hal ini akan menyebabkan kebiasan dalam membuat keputusan yang benar.

2.      Kurikulum
Kurikulum dikembangkan secara komprehensif mencakup semua pengetahuan yang sains, sosial, maupun muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada peserta didik (subject centeed).
3.      Kedudukan siswa
Dalam konteks realisme, peserta didik dituntut untuk dapat menguasai pengetahuan yang handal dan terpercaya. Dibutuhkan kedisiplinan sebagai metode mencapai esensi dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan guna memperoleh hasil yang baik.
Dalam hal pelajaran, mampu menguasai pengetahuan yang handal, dan dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.

4.      Peranan Guru
Guru dituntut untuk dapat menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik menguasai bahan ajar yang sumbernya pengetahuan realistis.
Guru merupakan orang yang mewariskan kultur budaya. Dalam hal ini, bahwa yang yang menentukan pokok persoalan (subject matter) atau pelajarn di kelas adalah guru bukan murid. Guru harus mampu menguasai pengetahuan, terampil dalam tenik mengajar, dan dengan teras menuntut prestasi dari siswa sehingga siswa terpuasakan. Kepuasan personal siswa jauh lebih penting daripada hanya sekedar menyapaikan materi.
Dasar pendidikan adalah untuk melatih siswa dalam pengetahuan pelajaran; kepuasan siswa hanya cara dalam sebuah strategi belajar yang bermanfaat.

5.      Metode
belajar tergantung dari pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

DAFTAR PUSTAKA
Kneller, G.F. 1971. Introduction To The Philosophy Of Education. New York: John Whiley & Sons

Tidak ada komentar:

Posting Komentar