Estetika (Keindahan)
Manusia
pada umumnya menyukai sesuatu yang indah, baik terhadap keindahan alam maupun
keindahan seni. Keindahan alam adalah keharmonisan yang menakjubkan dari
hukum-hukum alam yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk
menerimanya. Sedangkan keindahan seni adalah keindahan hasil cipta manusia
(seniman) yang memiliki bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah. Pada
umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan. Rata-rata manusia yang melihat
sesuatu yang indah akan terpesona. Namun pada hakikatnya tidak semua orang
memiliki kepekaan terhadap keindahan itu sendiri.
Keindahan tentang seni telah lama menarik perhatian para filosof mulai dari zaman Plato sampai zaman modern sekarang ini. Teori tentang keindahan muncul karena mereka menganggap bahwa seni adalah pengetahuan perspektif perasaan yang khusus. Keindahan juga telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah peradaban manusia.
Keindahan tentang seni telah lama menarik perhatian para filosof mulai dari zaman Plato sampai zaman modern sekarang ini. Teori tentang keindahan muncul karena mereka menganggap bahwa seni adalah pengetahuan perspektif perasaan yang khusus. Keindahan juga telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah peradaban manusia.
Estetika
adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa
tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap
keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan baik
dan buruk, indah dan jelek. Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa
Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu yang dapat dicerna oleh indra.
Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi
penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly.
Emmanuel
Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan
kedua dari segi arti yang obyektif.
a.
Subyektif
Keindahan
adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan
praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b.
Obyektif
Keserasian
dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak
ditinjau dari segi gunanya. Bagi Immanuel Kant , sarana kejiwaan yang disebut
cita rasa itu berhubungan dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya
kepuasaan atas obyek yang diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat
seseorang atas sesuatu. Suatu obyek dikatakan indah apabila memuaskan minat
seseorang dan sekaligus menarik minatnya. Pandangan ini melahirkan
subyektivisme yang berpengaruh bagi timbulnya aliran-aliran seni modern
khususnya romantisme pada abad ke-19.
Menurut Al-Ghazali, keindahan suatu benda terletak di dalam perwujudan dari kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima panca indera, untuk mengungkapkan keindahan di atas Al Ghazali juga menambahkan indra ke enam yang disebutnya dengan jiwa (ruh) yang disebut juga sebagai spirit, jantung, pemikiran, cahaya. Kesemuanya dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual, moral dan agama. Ketiganya ini saling berhubungan satu sama dengan yang lainnya.
Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum materialis bahwa yang merupakan nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi subjektif, maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan “Mengenai masalah selera tidak perlu ada pertentangan”. Sama seperti halnya orang-orang yang menyukai lukisan abstrak, jika sebagian orang mengatakan lukisan abstrak aneh, maka akan ada sebagian orang juga yang mengatakan bahwa lukisan abstrak itu sangat indah atau mempunyai nilai estetika.
Pada akhirnya pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan dengan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan teori-teori mengenai seni.
Dengan demikian
estetika merupakan sebuah teori yang meliputi:
a. Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah,
b. Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni,
c. Pengalaman yang berkaitan dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan atas seni.
Dari pernyataan di atas, estetika meliputi tiga hal yaitu fenomena estetis, fenomena persepsi, fenomena studi seni sebagai hasil pengalaman estetis.
a. Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah,
b. Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni,
c. Pengalaman yang berkaitan dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan atas seni.
Dari pernyataan di atas, estetika meliputi tiga hal yaitu fenomena estetis, fenomena persepsi, fenomena studi seni sebagai hasil pengalaman estetis.
Hubungan Antara Manusia dan Estetika
Berbicara
mengenai penilaian terhadap keindahan maka setiap zaman memberikan penilaian
yang berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah. Jika pada zaman romantisme
di Perancis keindahan berarti kemampuan untuk menyampaikan sebuah keagungan,
lain halnya pada zaman realisme, keindahan mempunyai makna kemampuan untuk
menyampaikan sesuatu apa adanya. Sedangkan di Belanda pada era De Stjil
keindahan mempunyai arti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang juga
kemampuan mengabstraksi benda.
Menurut professor Zoetmulder, tak ada satu bahasa yang demikian kaya akan istilah-istilah untuk mengungkapkan pengalaman estetika itu seperti bahasa Jawa Kuno. Bahkan dalam kalangan para penyair itu, keindahan dan pengalaman estetik dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari surga yang pantas di sambut dengan sikap religius dan kebaktian “a real cult of beauty”. Bahkan membuat seni, menggubah syair, dianggap sebagai suatu tindakan kebaktian.
Akhirnya, manusia akan merasakan keindahan jika menyukai atau menyenangi sesuatu. Akan tetapi hal ini tidak mungkin berdampak baik dan buruk karena tidak bisa ditebak apa yang manusia sukai. Manusia pada hakikatnya menyukai kebaikan akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia juga menyukai keburukan yang termasuk perilaku menyimpang.
Menurut professor Zoetmulder, tak ada satu bahasa yang demikian kaya akan istilah-istilah untuk mengungkapkan pengalaman estetika itu seperti bahasa Jawa Kuno. Bahkan dalam kalangan para penyair itu, keindahan dan pengalaman estetik dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari surga yang pantas di sambut dengan sikap religius dan kebaktian “a real cult of beauty”. Bahkan membuat seni, menggubah syair, dianggap sebagai suatu tindakan kebaktian.
Akhirnya, manusia akan merasakan keindahan jika menyukai atau menyenangi sesuatu. Akan tetapi hal ini tidak mungkin berdampak baik dan buruk karena tidak bisa ditebak apa yang manusia sukai. Manusia pada hakikatnya menyukai kebaikan akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia juga menyukai keburukan yang termasuk perilaku menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar